JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Komisi VI DPR Hafisz Tohir menilai bahwa yang dilakukan Menteri BUMN Rini Soemarno dengan melakukan penandatanganan pinjaman Rp 43,28 triliun ke China, sangat beresiko.
Mestinya kata dia, situasi ekonomi Indonesia yang melemah saat ini tidak dijadikan alasan Rini Soemarno untuk melakukan pinjaman dalam bentuk dollar. Ini mengingat nilai tukar rupiah ke dollar tidak stabil, meskipun jangka waktu pengembalian 10 tahun.
"Kita akan pertanyakan nanti. Bila pinjaman itu dalam bentuk yen cenderung stabil, tapi ini dollar maka akan sulit untuk mengembalikannya," kata Hafisz saat dihubungi, Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Politikus PAN ini juga mengungkapkan kalau Presiden Joko Widodo sebetulnya mengetahui kebijakan yang diambil oleh Rini Soemarno. Bahkan, hal itu dilakukan agar pemerintah tidak menggunakan cadangan devisa negara.
"Saat ini masa keemasan Jokowi telah berakhir. Yang paling penting sekarang harusnya pemerintah membuat kebijakan yang pro poor, pro job, dan pro growth," paparnya. (iy)