BRUSSEL (TEROPONGSENAYAN) - Para pembeli mobil "ditipu" oleh perusahaan pembuat mobil agar membeli kendaraan yang diklaim bisa lebih hemat bahan bakar, menurut laporan terbaru.
Kelompok lobi Transport & Environment yang berbasis di Brussel, Belgia, mengatakan bahwa pabrik mobil Eropa kerap kali menyalahgunakan tes performa bahan bakar dan emisi CO2.
Secara rata-rata, ada perbedaan 40% antara jumlah bahan bakar dan pelepasan CO2 dalam uji lab dan di kenyataan.
Pengemudi menghabiskan €450 per tahun (sekitar lebih dari Rp7 juta) lebih banyak untuk bahan bakar. Sepanjang usia mobil, artinya ada tambahan €2800 (atau Rp 45 juta) untuk bahan bakar tambahan, menurut laporan tersebut.
"Pembuat mobil dengan efektif menipu pelanggan mereka," menurut laporan tersebut.
Greg Archer, manajer program kendaraan Transport & Environment, mengatakan pada BBC, "Ada kebutuhan untuk tes emisi yang baru tapi di sini kami melihat ada distorsi dari sistem yang sudah ada. Agen independen (di Eropa) yang melakukan tes uji emisi dibayar oleh industri mobil. Di Amerika Serikat ada regulator yang independen, EPA (Badan Perlindungan Lingkungan) yang memastikan tes ini dilakukan dengan tertib."
'Puncak gunung es'
Menurut Transport & Enviroment, temuan ini berarti bahwa pasar mobil "terganggu secara masif" oleh mobil-mobil yang dipasarkan dan dikenai pajak atas "dasar yang sangat tidak adil".
Laporan yang terbit beberapa hari setelah Volkswagen mengakui telah memanipulasi uji emisi mobil dieselnya di Amerika Serikat mengindikasikan bahwa masalah industri tersebut meluas dari sekadar mobil diesel dan satu produsen saja.
"Skandal Volkswagen hanya puncak gunung es dan apa yang ada di bawahnya adalah manipulasi merata dari produsen mobil tentang pengujian yang memungkinkan mobil mengonsumsi lebih dari 50% bahan bakar dari yang mereka klaim," kata Archer. (iy/bbc)