JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, Mochamad Hekal mengaku setuju dengan budaya ala pemerintah di Jepang jika seorang pemimpin gagal menjalankan tugasnya harus mengundurkan diri. Hal itu sebagai bentuk pertanggungjawaban pada bangsa dan negaranya.
Demikian dikemukakan Hekal menanggapi pernyataan salah satu pengamat politik yang menyatakan bahwa pemimpin di Indonesia seharusnya mengadopsi budaya ala para pemimpin Jepang yang dengan sukarela mengundurkan diri jika gagal dalam menjalankan tugasnya.
"Budaya seorang pemimpin sukarela mengundurkan diri adalah suatu kebesaran jiwa dalam mengakui kegagalannya dalam mengemban amanah, dia sendiri yang paling tahu apakah dirinya gagal atau tidak," kata dia kepada TeropongSenayan di Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Saat ditanya apa alasan Jokowi harus meniru para pemimpin di Jepang jika gagal dalam mengemban tugas, Hekal mengatakan bahwa selama setahun memimpin, deretan kegagalan tampak pada perjalanan setahun pemerintahan Jokowi.
"Ya menurut saya gagal, Keberhasilannya di mana? Yang berhasil itu naikin harga BBM pada saat harga BBM seluruh dunia menurun. yang berhasil menjual murah JICT ke asing, perpanjangan Kontrak Freeport untuk kepentingan asing, dan berhasil menciptakan kabinet gemuk," sindir dia?
Menurutnya, Jokowi harusnya legowo dan meniru para pemimpin Jepang yang dengan kesatria mengundurkan diri jika gagal jalankan roda pemerintahan.
"Menurut saya begitu, daripada nunggu di turunkan oleh people power, jauh lebih terhormat beliau mundur.Tapi saya sanksi Jokowi akan melakukan itu, karena kondisi seperti ini beliau nampak santai-santai saja," sindir dia.
Jika Jokowi tidak mau melakukan koreksi apalagi meniru sikap para pemimpin ala Jepang yang sukarela mundur jika gagal, maka, akan berdampak pada kehidupan sosial.
"Ya resikonya nasib bangsa, PHK melanda di mana-mana, lapangan pekerjaan baru diisi orang tenaga kerja asing, Rupiah bergejolak, paket-paket ekonomi sepertinya lebih banyak untuk dinikmati investor asing.Terus Bela wong ciliknya kemana? Pemerintah membohongi diri seakan-akan banyak uang untuk berbagai proyek, ternyata penyerapan anggaran yang diharap buat dongkrak ekonomi rendah. Kalau berlanjut, dengan jumlah pengangguran naik terus bisa menuju revolusi.Dan, sebelum sampaike revolusi, habis duluan hutan kita kebakaran dan masyarakatnya kena ispa. Sedangkan hutan di Malaysia kok aman-aman saja," jelasnya. (iy)