Opini
Oleh M Hatta Taliwang pada hari Selasa, 20 Okt 2015 - 18:01:06 WIB
Bagikan Berita ini :

Peristiwa 17 Oktober 1952 dan Tersingkirnya AH Nasution

2MHattaTaliwang.jpg
M Hatta Taliwang (Sumber foto : Eko S Hilman/TeropongSenayan)

Bermula dari kasak kusuk Kol Bambang Supeno yang sering langsung “melaporkan” banyak masalah internal Angkatan Perang RI ( sebutan untuk ABRI dimasa awal tahun 50an dibawah sistem politik parlementer).

Kasak kusuk Kol Bambang Supeno ini menyangkut issu : reorganiasi tentara, rencana Kasad AH Nasution mengikuti pendidikan/study banding ke luar negeri dan berimplikasi pada penggantiannya sebagai KASAD, rencana Kol Bambang Sugeng menjadi atase militer di India.

Selain itu juga adanya sinyalemen bahwa Kementrian Pertahanan menjadi “sarang PSI (Partai Sosialis Indonesia”, dugaan terjadi korupsi dalam pembelian kapal “Tasikmalaya” yang tidak melibatkan Dephub dan AL, dan banyak lagi issu lain yang berkaitan dengan perwira di daerah.

Sepak terjang Kol Bambang Supeno ini membuat risau corps Angkatan Darat sehingga dilakukan beberapa pertemuan “kolegial” yang salah satunya dipimpin oleh Kolonel paling senior Gatot Soebroto.

Pertemuan dihadiri lebih kurang 18 perwira dan hampir bulat menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan Kol Bambang Supeno menyalahi prosedur karena masalah tersebut tidak berproses melalui atasannya (KASAD) Kol AH Nasution, KASAP Mayjen TB Simatupang dan Menhan Sri Sultan HB IX.

Bambang Supeno langsung ke Presiden dan Parlemen (saat itu diduga Kol B Supeno dianggap sangat dekat dg Partai Nasional Indonesia/PNI). Atas sikap Kol Bambang Supeno yang “mbalelo” itu KASAD Kol AH Nasution memberhentikan anak buahnya tersebut (ada yang menyebut skorsing).

Kol Bambang Supeno yang punya juga pendukung di AD seperti Kol Suhud dll melakukan “perlawanan” dengan mengadukan masalah ini ke Presiden dan Parlemen.

Sejak itulah sepanjang hari di bulan Juli 1952 Parlemen diramaikan dengan issu “pertempuran” Kementrian Pertahanan (Menhan,KASAP,KASAD) disatu pihak melawan sebagian besar anggota Parlemen yang dibela oleh media massa khususnya koran Merdeka.

Pada tingkatan politik Kemhan kalah dalam opini karena melawan politisi dan opini sebagian media dan banyak selebaran gelap. Dipihak tentara yang waktu itu panglimanya masih rata rata 30 tahun terasa tidak tahan lagi hadapi cercaan politis. Sampai sampai Kol Gatot Soebroto mengeluarkan kata kata ketus : “Mereka(maksudnya parlemen) atau kita (tentara) yang bubar!”

Memang dikalangan sebagian perwira ada kejengkelan atas DPRS yang lahir sebagai salah satu “produk” Konferensi Meja Bundar tersebut. Apalagi sikap parlemen dipandang sudah terlalu jauh setelah adanya mosi tidak percaya dari Komisi (Panitia) Pertahanan DPR yang dimotori Baharuddin yang antara lain menyatakan : “Tidak percaya atas kebijaksanaan Menhan dalam menyelesaikan pertikaian yang ada dalam Angkatan Perang”

Menghadapi kemelut ini perwira-perwira Angkatan Darat menyusun strategi dengan membuat langsung statemen apa yang dikenal sebagai Pernyataan Pimpinan Angkatan Darat, yang ditandatangani 5 Kolonel (termasuk Nasution, Simbolon, Kawilarang, Sadikin dan Gatot Soebroto) dan 11 Letkol (ada nama S Parman dan Soeprapto korban G 30S) dan diantar langsung ke Presiden Soekarno di istana pada tanggal 17 Oktober 1952.

Inilah peristiwa yang sering diplesetkan seolah 'kudeta'. Padahal intinya cuma minta DPRS dibubarkan karena terlalu jauh mencampuri urusan internal tentara/Angkatan Perang.

Hari itu Bung Karno meminta agar pernyataan sikap tentara itu tidak disiarkan tetapi dengan sigap memperhatikan seluruh aspirasi tentara. Termasuk akan segera gelar Pemilu.

Memang ada bumbu bumbu demonstrasi hari itu yang dimotori Kol Mustopo yang sangat jengkel dengan sebagian anggota parlemen yang dianggap tidak jelas jasanya dalam merebut kemerdekaan.

Karena pernyataan tentara ini tidak disiarkan itulah sebabnya dimasyarakat luas berbagai interpretasi atas peristiwa tersebut dan menggelinding bagai bola salju sehingga Kol AH Nasution melepas jabatan KASAD nya yang pertama (kelak di tahun 1955 Bung Karno memanggil kembali Nasution menjabat KASAD untuk kedua kalinya).

Banyak pelajaran politik yang bisa diambil dari peristiwa 17 Oktober 1952. Bagi yang belum membaca naskah Pernyataan Pimpinan Angkatan Darat ataupun Mosi Tidak Percaya Baharuddin bisa lihat dalam buku autobiografi DR AH Nasution jilid 3, Memenuhi Panggilan Tugas, halaman 163.(*)

TeropongRakyat adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongRakyat menjadi tanggung jawab Penulis.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #hatta  #nasution  #ksad  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Blockchain Untuk Koperasi Indonesia

Oleh Radhar Tribaskoro (Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia)
pada hari Selasa, 05 Nov 2024
Sejak kemerdekaan, koperasi di Indonesia berkembang sebagai simbol ekonomi rakyat yang berbasis gotong royong, berperan penting dalam upaya mewujudkan kedaulatan ekonomi. Pada masa awal, koperasi ...
Opini

Mentalitas Kasino

Dalam dunia yang penuh dengan mimpi-mimpi besar, mungkin ada di antara kita yang membayangkan Indonesia sebagai Tanah Air yang tenteram, adil, dan sejahtera. Tapi tunggu dulu. Ternyata, harapan itu ...