Ragam
Oleh Mandra Pradipta pada hari Rabu, 16 Des 2015 - 03:10:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Capai Kepuasan Seks Lewat Teknik Bercinta

37pasangan-anda-punya-mr-p-kecil-ini-gaya-bercinta-yang-pas-untuk-anda-berdua.jpg
Dibalik Orgasme Wanita (Sumber foto : ISTIMEWA)

JAKARTA, (TEROPONGSENAYAN) - Mana yang lebih penting kepuasan seks atau orgasme? Hmm mungkin masih belum banyak yang paham pengertian keduanya.

Jika masturbasi bisa membuat seseorang mengalami orgasme, namun belum tentu puas secara seksual. Setidaknya pengertian itulah yang coba dibuka pemahamannya oleh pakar seks Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS.

"Orgasme dan kepuasan seksual itu dua hal yang berbeda. Orgasme adalah semata-mata sensasi kenikmatan seksual. Sementara itu, kepuasan seksual bersifat mendalam dan lebih holistis, karena tidak hanya fokus pada orgasme, tapi juga melibatkan emosi," katanya di Jakarta.

Untuk dapat mencapai orgasme dan kepuasan seksual maka perlu keterbukaan antar pasangan. Belakangan ini faktor keterbukaan masih merupakan hal tabu di masyarakat. Berbagai persoalan seputar hubungan seks seolah tidak boleh keluar dari dinding kamar tidur.

Akibatnya banyak pasangan pun menjadi bingung, frustasi dan komunikasi pun jadi macet sehingga kehilangan gairah dalam bercinta yang berujung pada rasa traumatis seks yang bukan tidak mungkin sulit untuk dilupakan.

Di Jepang misalnya, selain tekanan di tempat kerja dan baby blues, rupanya banyak wanita enggan untuk bercinta karena trauma akibat rasa sakit saat bercinta. “Tetapi, para wanita ini tidak memberi tahu pasangannya tentang apa yang mereka rasakan. Sebagai gantinya, mereka memilih menghindari aktivitas bercinta,” ujar Alice Pacher, seperti yang dikutip oleh situs forum East Asian Junior Sociologist.

Laporan Face of Global Sex yang dilakukan Durex mengungkap bahwa orang muda di Asia agak terlambat dalam memperoleh pendidikan seks. Ketika para remaja di Austria, Jerman, dan Meksiko telah menerima pendidikan seks di usia 12 tahun, maka remaja di Malaysia baru pada usia 15 tahun.

“Minimnya pendidikan seks ini dapat berdampak pada pengalaman bercinta pertama yang traumatis, di mana proses intercourse tidak disertai dengan pemanasan atau foreplay yang cukup. Akibatnya, istri kesakitan, bahkan Miss V mengalami perdarahan. Tidak sedikit juga para suami yang memandang seks sebagai hak secara sepihak, sehingga meski tahu bahwa istrinya sedang kecapekan atau tidak mood, ia tetap memaksa melakukan hubungan,” ujar Prof. Wimpie.

Tidak heran jika mandeknya komunikasi dan anggapan tabu untuk bersuara soal seks, membuat para istri menderita, menelan kepahitan seorang diri, dan akhirnya memilih untuk menghindar dari seks.

Tingginya kepuasan seks di India sebenarnya tidak menjadi anomali atau keanehan. “Ini bisa terjadi, karena di India tidak ada faktor penghambat, seperti yang ditemui di negara-negara Asia lainnya,” ujar Prof. Wimpie. Hal ini tentunya dilatari oleh budaya di India, di mana edukasi terhadap kemerdekaan ekspresi dan eksplorasi dalam kehidupan seksual ini telah terbuka sejak masa prasejarah. Misalnya, pada lukisan gua di Pegunungan Ajanta, patung-patung erotis abad ke-9 yang ditemukan pada candi-candi Hindu di Chandella, dan yang paling terkenal: Kamasutra, kitab Vatsyayana yang ditulis di sekitar abad 1 hingga 6 Masehi.

Peninggalan-peninggalan ini begitu menyatu dalam budaya masyarakatnya, sehingga mereka tidak memandang seks sebagai sesuatu yang tabu. Sebaliknya, mereka melihat proses sanggama sebagai bagian dari ilmu pengetahuan serta seni yang memiliki bobot filosofis yang tinggi.

“Bagi mereka, seks bukanlah hal yang tabu, sehingga mereka bisa membicarakannya tanpa takut mendapat justifikasi dari lingkungan sosial. Komunikasi yang terbuka ini sekaligus membantu istri atau suami untuk saling memahami kebutuhan pasangannya demi mencapai kepuasan bersama,” jelas Prof. Wimpie.

It takes two to tango. Dengan kata lain, seks bukanlah kerja keras sepihak. Lebih daripada soal teknik bercinta, seks merupakan mekanisme alami yang tidak hanya menyatukan fisik, tapi juga emosi dan hati. Ada kebutuhan untuk dicintai dan dihargai yang menjadi kunci penting dalam mencapai gulungan gelombang kepuasan. Dalam hal ini, baik istri maupun suami memiliki kebutuhan dan kedudukan yang sepadan. (lih)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
HUT R1 2025 AHMAD NAJIB
advertisement
HUT RI 2025 M HEKAL
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Ragam Lainnya
Ragam

KENANGAN 50 TAHUN KEMERDEKAAN RI Semua harapan keunggulan bangsa buyar karena politik ?

Oleh M. Said Didu
pada hari Minggu, 10 Agu 2025
17 Agustus 1995, tepat 50 Tahun Kemerdekaan RI.  Kami insan Teknologi saat itu yang dipimpin oleh Pak Habibie (saat itu sdh 8 tahun bekerja di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi - BPP ...
Ragam

Mimpi Hashim: Menjadikan Indonesia Pusat Pelatihan dan Pelestarian Bambu Dunia

Jakarta, 20 Juni 2025 – Di tengah gempuran perubahan iklim global, hadir satu wacana yang terdengar sederhana namun sarat makna ekologis dan ekonomis: bambu. Tanaman yang lekat dengan tradisi ...