Editorial
Oleh M Hatta Taliwang pada hari Kamis, 06 Nov 2014 - 17:47:09 WIB
Bagikan Berita ini :

Mana Rute Untuk Menjadi Bangsa Mandiri Itu?

91palugedung.jpg
Ilustrasi Teropong Senayan (Sumber foto : IlustrasiNaufal-TeropongSenayan)

KITA sudah dapat banyak info dan pengetahuan serta pengalaman tentang rute yg ditempuh pihak pihak asing menjadikan kita BANGSA KLIEN (DR.Kuntowijoyo). Atau dalam bahasa Bung Karno KAUM PENJAJAH (Kolonialis), atau dlm bahasa penyair Taufiq Ismail : "kolonialis banyak bangsa" atau dalam ungkapan DR Syamsul Hadi : KUDETA PUTIH.
Sedemikian fahamnya kita bagaimana riwayat bangsa kita ditindas, dihina, diexploitasi sampai kita kehilangan harkat dan martabat sebagai bangsa, di hina bangsa lain bahkan oleh bangsa tetangga kita yg dulu belajar dari kita. Kita semua sudah faham.
Ada masa dimana era gelap itu berhasil dilawan sampai akhirnya sang penjajah terusir dan pergi lalu kita MERDEKA!
Tapi saat itu sangat pendek. Karena dengan segala kelihaiannya kaum NEKOLIM, kembali berhasil memcengkeram kita. Dan sampai hari ini kita berada dalam cengkeramannya. Sehingga Taufiq Ismail menjerit :
"Kita hampir paripurna menjadi bangsa yang porak poranda.
Terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia...................
Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol di ruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya,
dan dipunggung kita dicap sablon besar besar TAHANAN IMF DAN PENUNGGAK HUTANG BANK DUNIA............
Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu, menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya........
Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali.
Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.
Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa.
Mereka berdasi sutra,ramah tamah luar biasa dan berlebihan senyumnya.
Makin banyak kita meminjam uang, mereka makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkan...."

Atas realitas itu sobat saya Agus Jabo Priyono merintih :
"Di mana lagi kami rakyat bisa hidup, bila di kota tanah serta rumah kami digusur untuk dibangun hotel, apartemen, super market dan tempat hiburan.
Di mana lagi kami rakyat bisa hidup dengan bertani, jika di desa tanah sudah habis dikapling untuk perusahaan tambang, perkebunan dan hutan tanaman industri.
Di mana lagi kami para petani bisa menjual hasil panen, jika pasar sudah dipenuhi hasil petani luar negeri.
Di mana lagi kami nelayan bisa memperoleh penghasian, jika laut sudah dipenuhi kapal-kapal besar penangkap ikan dari negeri luar.
Di mana lagi kami rakyat bisa bekerja selain menjadi TKI, jika di dalam negeri kami dijadikan kuli, hidup seperti zaman kompeni.
Di mana lagi kami rakyat bisa hidup dengan berjualan rokok dan kopi, jika di samping kios kami sudah menjamur Alfamart, Indomart, Seven Eleven dll.
Di mana lagi kami rakyat bisa membuka warung makan, jika usaha kami sudah dikelilingi Kentucky, Pizza Hut, McD dll.
Kemana kami rakyat akan mengadu dan menggantungkan harapan, jika para pemimpin pada serakah, haus harta, gila wanita,rakus kuasa.
Kemana kami rakyat harus mencari pemimpin teladan, jika mereka sibuk beriklan, membangun pencitraan untuk menutup kebusukan.
Ke mana kami rakyat mencari ketenteraman, jika negara gaduh tanpa henti dan negara cuma menjadi tameng kehidupan bagi mereka yang beruang."

Sementara itu sobatku yang lain Azis Bachtiar share seakan putus asa :
"Bangsaku sudah bukan bangsaku
Bangsaku bukan bangsa yang tumbuh dari dalam diri kebangsaannya
Pemerintahku adalah anjing herder
Pikirannya dikendalikan oleh stick holder
Baikkah ini burukkah itu
Ditentukan tidak berdasar nurani dan akal
Karena sudah ada paket makro untuk itu
Mana maju mana mundur
Siapa nabi siapa teroris
Bukan hak kemanusiaanmu untuk menentukan
Bangsaku terdaftar sebagai pelacur unggul tergolek di ranjang
Disetubuhi kapan saja oleh Mr. Global Stick Holder menghendaki
sekujur badan disemprot parfum demokrasi
Dihibur dengan lagu dusta tentang hak asasi
Mata dipejamkan ditiup dengan hawa toleransi
Mulut dingangakan, siap dituangi sperma globalisasi
Karena generasi yang ini sejak lahir memang sudah bukan dirinya".

tag: #mandiri  #hatta  #palu  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Editorial Lainnya
Editorial

Redam Harga Masker!

Oleh Firdaus
pada hari Selasa, 18 Feb 2020
Belakangan ini masyarakat terkejut dengan lonjakan harga masker hingga lebih 100% dan barangnya langka di beberapa apotik di Jakarta maupun daerah lainnya. Bahkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha ...
Editorial

Degradasi Etika Pejabat

Keputusan Pemerintah menentukan Pangkalan Militer TNI di komplek Pangkalan Udara Raden Sajad Kepulauan Natuna untuk lokasi observasi 238 WNI dari Wuhan, China, adalah keputusan yang tepat. Pertama, ...