JAKARTA(TEROPONGSENAYAN)-Terpilihnya Arief Budiman menjadi salah satu direksi PT Pertamina dikhawatirkan membawa agenda liberalisasi bisnis migas serta kemungkinan privatisasi. Pasalnya, Arief adalah konsultan McKinsey yang menyiapkan Pertamina menjadi persero.
"Kehadiran sosok Arief Budiman perlu dianalisis lebih dalam. Sebab, dia itu orang McKinsey yang membuat Pertamina menjadi perseroan (sebelumnya Pertamina adalah perusahaan khusus migas milik negara berdasarkan UU 8/1971-red)," ujar Karyono Wibowo di Jakarta, Minggu (30/11/2014).
Karyono yang juga Direktur Indonesa Public Institute (IPI) mengingatkan bahwa agenda liberalisasi migas dan privatisasi Pertamina yang merupakan 'perintah' IMF belum tuntas. Bagaimanapun hubungan perusahaan konsultan asal Amerika dengan IMF perlu diwaspadai. Pasar besar konsumen BBM di Indonesia memang menjadi incaran.
Terlebih lagi, seperti diungkapkan oleh Dwi Soetjipto, Arief akan diberi tugas menangani keuangan. Sebuah tugas yang sangat strategis mengingat aset Pertamina mencapai skeitar Rp 550 Triliun dengan target omset sekitar Rp 800 Triliun tahun 2014. Komoditas yang ditangani juga berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
Arief Budiman sebelumnya adalah Presiden Direktur PT McKinsey Indonesia. Lulusan Wharton School, University of Pennsylvania. Dia menyabet gelar sarjana di bidang Teknik Industri dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memang sudah sejak era Ari Soemarno menjadi konsultan di PT Pertamina.(ris)