JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Pencarian korban dan badan pesawat Air Asia QZ8501 terus dilakukan. Berbagai upaya pun ditempuh termasuk mengerahkan sejumlah armada laut canggih dan terbaru yang dimiliki pemerintah Indonesia, salah satunya KRI Usman Harun.
Kapal perang terbaru yang memiliki teknologi sonar tersebut diberangkatkan ke Selat Karimata menggantikan KRI Bung Tomo sejak Minggu (4/1/2015) untuk membantu pencarian korban dan reruntuhan pesawat AirAsia QZ-8501 bersama kapal-kapal negara lain, termasuk Singapura yang pernah memprotes nama KRI tersebut. Negeri Singa Putih itu sendiri menerjunkan tiga kapal masing-masing, Corvette (C/S S6KQ), Frigate (S6KN) dan LST (9VTY).
Pelibatan KRI Usman Harun pun menuai protes dari kalangan media di Singapura. Channel News Asia dan The Real Singapore, Senin (5/1/2015), mempertanyakan pengerahan kapal yang secara resmi namanya dipermasalahkan pemerintah Singapura. "Penamaan kapal milik TNI itu pada Februari 2014 sudah menimbulkan ketegangan antara kedua negara," tulis Channel News Asia.
Sementara situs jurnalisme warga the Real Singapore menilai langkah TNI AL tidak peka. Sebab militer Negara Singa Putih resmi terlibat dalam evakuasi ini. "Indonesia entah sadar atau tidak kembali bermain-main dengan api mengirim kapal kontroversial itu dalam proses pencarian."
Pemerintah Singapura sebelumnya sempat memprotes penamaan KRI Usman Harun untuk kapal perang terbaru milik TNI Angkata Laut. Pemakaian nama itu dinilai akan melukai perasaan rakyat Singapura, terutama keluarga korban dalam peristiwa pengeboman MacDonald House di Orchard Road, Singapura pada tahun 1965 lalu.
Usman Harun diambil dari nama dua anggota KKO (Komando Korps Operasi, sekarang Marinir), Usman Haji Muhammad Ali dan Harun Said yang mengebom MacDonald House di Orchrad Road dan menewaskan tiga orang pada masa konfrontasi dengan Malaysia pada Maret 1965. Keduanya dieksekusi di Singapura pada 17 Oktober 1968.
Serangan itu merupakan bagian dari upaya mendiang Presiden Soekarno dalam melawan federasi yang baru terbentuk di Malaysia mencakup Singapura. Singapura memisahkan diri dari Malaysia pada 9 Agustus 1965.(yn)