Setelah hampir setahun Presiden Jokowi memimpin rezim kekuasaan, kondisi politik ekonomi Indonesia terus merosot. Bukan hanya melamban, namun juga terbilang "gelap".
Secara politik lembaga-lembaga negara cenderung disfungsional (gagal), perilaku parpol tanpa ideologi dan terkena 'virus' politik kartel dan kultur transaksinalisme.
Media massa telah menjadi kekuatan bermotip ekonomi bukan alturistik demokrasi. Negara dan rakyat tidak punya kesamaan visi dan misi ke depan.
Kekuatan anti Jokowi kian bertambah dan pro Jokowi kian berkurang. Legitimasi politik dan kepercayaan rakyat kian merosot tajam terhadap Jokowi.
Ekonomi keuangan merosot terus, berbagai saran muncul untuk pecahkan kegelapan ini. Antara lain perombakan kabinet kerja, terutama Tim Ekonomi.
Mengapa kondisi Indonenesia dibawah rezim Jokowi merosot dan gelap? Seberapa besar pengaruh perombakan kabinet terhadap prospek kindisi Indonesia?
Dua pertanyaan ini membutuhkan jawaban teoritis syarat data, angka dan fakta. Bagi Bonek Jokowi, tentu menghadapi kesulitan untuk menjawabnya karena cenderung subyektif 'membabi buta' mendukung Jokowi.
Tak akan ada yang bisa menyajikan data, angka dan fakta kondisi Indonesia kini. Untuk memprediksi prospek Indonesia, para Bonek Jokowi tentu bertahan, agar Jokowi diberi kesempatan berkuasa hingga lima tahun.
Mereka berkikah, kondisi gelap ini karen dunia internasional dan rezim sebelumnya, SBY. Sila mencari jawaban atas dua pertanyaan di atas.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #presiden jokowi #singapura #london