JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Indonesia tidak bergabung dengan koalisi militer Islam pimpinan Arab Saudi. Aliansi beranggotakan 34 negara itu bertujuan untuk memerangi terorisme.
Duta Besar Yordania untuk Indonesia, Walid Abdel Rahman Al Hadid menyayangkan tidak ikut sertanya pemerintah RI dalam koalisi itu.
Hadid mengatakan, Indonesia merupakan negara yang unik. Negara dengan mayoritas Islam tapi bisa mempromosikan kedamaian.
"Menjadi bagian dari koalisi yang positif itu bagus," kata Hadid dalam forum diskusi kebijakan luar negeri, Kementerian Luar Negeri Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan, koalisi ini adalah kerja sama positif yang bisa berkontribusi di garis depan.
Ia menilai ISIS menyerang semua orang, tidak hanya Yahudi, Kristen tapi juga Muslim, semua pihak. Menurut Hadid, ISIS memiliki interpretasi berbeda tentang Islam.
"Ini adalah sesuatu yang harus disadari oleh komunitas internasional, sehingga terorisme harus dilawan bersama, ditindak secara kolektif," terangnya.
Duta besar Tunisia untuk Indonesia Mourad Belhassen juga menyuarakan hal yang sama. Menurutnya, koalisi militer pimpinan Arab Saudi ini bukan merupakan bagian dari proxy war.
Koalisi ini juga bukan interpretasi dari perang antara Sunni dan Syiah. Mengingat Iran tidak ikut serta.
"Ini Saatnya negara Muslim ikut ambil bagian," kata dia.
Kementerian Luar Negeri Indonesia telah menegaskan sebelumnya bahwa Indonesia menganut paham bebas aktif dalam hubungan internasional. Mengikuti koalisi militer juga dinilai tidak sesuai dengan undang-undang.
Berikut 34 negara yang tergabung dalam koalisi militer Islam: Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab, Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Benin, Turki, Chad, Togo.
Tunisia, Djibouti, Senegal, Sudan, Sierra Leone, Somalia, Gabon, Guinea, Palestina, Republik Federal Islam COmoro.
Qatar, Cote d’Ivoire, Kuwait, Lebanon, Libya, Maladewa, Mali, Malaysia, Mesir, Maroko, Mauritania, Niger, Nigeria serta Yaman.(yn)