JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Tak heran jika masyarakat internasional mulai meragukan kepemimpinan Presiden Jokowi. Pasalnya, pria Solo ini tidak tangkas mengelola persoalan bangsa dalam 100 hari menjadi presiden.
Itulah pendapat Siti Zuhro, ahli politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memberikan tanggapan pemberitaan The New York Times, 17 Januari 2015 yang memuat Presiden Jokowi telah kehilangan kilau derajat kepemimpinannya.
"Wajar jika dimata dunia Jokowi dibilang kehilangan arah. Seharusnya seorang pemimpin harus amanah, memegang janji yang sudah disampaikan, konsisten dan senantiasa berpikir kebutuhan negara dan rakyat yang memerlukan solusi tangkas dan segera," kata Siti saat dihubungi TeropongSenayan, Rabu (4/2/2015).
Siti Zuhro mengungkapkan Jokowi dinilai The New York Times seperti itu lantaran bentuk kepemimpinannya tidak konkret. Sebab, tutur Siti, kekuatan seorang pemimpin adalah ketika mampu menghadirkan kepemimpinan secara konkrit dan riil yaitu diakui dan dihormati serta terasakan manfaatannya.
Sebelumnya, cendekiawan Yudi Latif mengungkapkan nasib penguasa seperti Presiden Jokowi ini sudah diramal oleh pujangga keraton Solo, R Ng Ronggowarsito pada 1873. Jika tidak segera memperbaiki diri, penguasa yang kehilangan kilaunya akan tenggelam dalam kesuraman.(ris)