JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) –Dalam politik tidak ada usia tepat, yang ada adalah usia pas. Jadi orang terjun menjadi politisi berapapun usianya pas, tidak ketuaan atau kemudaan.
Banyak yang menyebut, politisi PPP Muhammad Arwani Thomafi merupakan politisi muda, lahir di Rembang, Jawa Tengah, 21 November 1975. Tapi ternyata usianya sebagai politisi di DPR bukan yang termuda. Tetapi juga tidak tua, karena kebanyakan usianya justru jauh lebih tua.
Sebelum menjadi politisi dan terpilih sebagai wakil rakyat di parlemen, Arwani merupakan pendidik. Baru setelah ayahnya KH Ahmad Toyfoer wafat pada 2007, para kiai dan pengikut orang tuanya yang merupakan ulama terkenal dan politisi, mendorong Arwani meneruskan jejak orang tuanya.
Nama besar ayahnya memang luar biasa sehingga memudahkan langkah Arwani saat terjun menjadi politisi. "Saya masuk dunia politik benar-benar karena dorongan para kiai," kata lulusan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini kepada TeropongSenayan.
Dorongan dan dukungan masyarakat di daerah pemilihan Jawa Tengah III yang meliputi Kabupaten Grobogan, Blora, Rembang dan Pati mengantarnya menjadi anggota DPR periode 2009-2014. Kedekatan dengan warga di daerah pemilihan membuatnya dipercaya untuk periode kedua 2014-2019.
Sebagai anak seorang kiai dan politisi PPP ternama, politik bukan barang baru. Tapi Arwani memang tidak begitu tertarik. Meski begitu, Gus Aang (panggilan bagi putra kiai pengasuh pondok pesantren di lingkungan NU) sejak SMP sudah tertarik masuk berbagai organisasi.
Jalan hidup orang tidak ada yang tahu, dunia pendidikan yang sudah mulai digeluti ternyata harus ditinggalkan. Saat memutuskan terjun ke politik nama besar ayahnya memang tidak bisa dipisahkan dengan dirinya.Terbukti ketika masuk PPP, ibaratnya karpet merah sudah digelar untuknya.
Masuk ke PPP, langsung duduk sebagai wakil sekjen dan dua tahun kemudian pada pemilu 2009 melenggang ke Senayan. "Sejak itu semua mengalir saja dan sekarang jadi sekretaris FPPP DPR," ujarnya.
Ditanya apa yang membuatnya bisa mengalir, Arwani tidak punya resep khusus kesuali pasrah pada Allah. Tapi dasar organisasi diakuinya menjadi modal pertama. Karena itu, di tengah kesibukannya sebagai anggota DPR dia juga masih menyempatkan diri menjadi Pembina Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Jawa Tengah.(ss)