Jakarta
Oleh Alfian Risfil pada hari Senin, 21 Agu 2017 - 20:38:54 WIB
Bagikan Berita ini :

Prijanto: Utang PLN Rp 500 Triliun, Berbahaya Bagi Pemerintah

13prijanto.jpg
Prijanto (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Mantan Wakil Gubernur DKI Prijanto mengapresiasi diskusi publik bertajuk ‘Teropong Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Rezim Jokowi-JK’. Acara itu sendiri digelar di Ruang Meeting, Hotel Ibias Budget, Tjokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (21/8/2017).‎

Menurutnya, melalui diskusi tersebut terbukti muncul beragam perspektif terkait baik-buruknya pembangunan infrastruktur yang saat ini gencar dilakukan pemerintah.

"Bagus, ini dari berbagai perspektif bisa dieksplor dan akan sangat bermanfaat bagi arah pembangunan pemerintah, kita juga menjadi tahu banyak perspektif," kata Prijanto di lokasi.

Karenanya, Prijanto menyatakan, diskusi seperti ini seharusnya dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan.

"Misanya saja, tadi saya tertarik dengan apa yang disampaikan Salamuddin Daeng. Dia bilang, membangun apa saja itu boleh, tapi duitnya harus ada, dan tujuannya mesti baik untuk semua anak bangsa," katanya.

Selain itu, Prijanto juga mengingatkan soal daya beli rakyat yang menurutnya semakin hari semakin buruk.

"Pak Daeng kan mengingatkan kepada kita semua bahwa utang PLN saja sekarang sudah mencapai 500 triliun. Ini sangat berbahaya bagi pemerintah dan perjalanan kita kedepan, pasti tidak mudah," pesan Prijanto.

Sebelumnya, ‎pengamat ekonomi politik dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng mempertanyakan hasrat rezim Jokowi-JK yang begitu bernafsu membangun infrastruktur.

Pasalnya, kata dia, kinerja PLN sendiri di tahun ini sudah menaikan tarif dasar listrik (TDL) atau mencabut subsidi terutama untuk golongan 900 volt ampere (VA), mestinya kebijakan berutangnya tak terlalu tinggi.

"Tapi anehnya, semua kebijakan terus dilakukan, agar bisa punya kemampuan untuk berutang. Seperti melakukan revaluasi aset. Itu dilakukan hanya untuk memperlebar ruang berutang PLN," katanya.

Menurut Daeng, dengan melakukan revaluasi aset, nilai aset PLN memang membengkak menjadi Rp1.250 triliun. Tapi kebijakan itu, jelas Daeng, hanya untuk mempermudah perseroan untuk berutang. Makanya pihak PLN selalu berdalih rasio utangnya atau debt to equity ratio (DER)-nya selalu diklaim masih aman.

"Padahal dari sisi capaian laba PLN, mereka tidak mungkin membayar utang raksasa yang diderita PLN. Bahkan yang ada, cepat atau lambat PLN akan habis dijarah asing dan taipan. Dan menjadi milik asing," tegas Daeng mengingatkan.‎

Dari catatan yang dikantongi Daeng, total utang PLN saat ini telah mencapai Rp 500,175 triliun. Nilai itu belum termasuk rencana utang terbaru PLN yang akan menerbitkan surat utang (obligasi dan sukuk) senilai Rp10 triliun.

"Ini merupakan perusahaan dengan rekor tertinggi dalam mengambil utang. Total utang PLN sebelum revaluasi aset itu telah lebih dari 100% dari total asetnya," ungkapnya.‎

Pertanyaannya, lanjut Daeng, sampai kapan PLN dapat membayar utangnya. Meskipun, seluruh keuntungan yang diperoleh perseroan digunakan untuk bayar utang, dalam tempo 50 tahun belum akan lunas.

"Itulah mengapa tarif listrik terus digenjot naik tanpa memikirkan daya beli masyarakat. ‎Bahkan kenaikan listrik sendiri telah mengesampingkan kondisi ekonomi rakyat yang semakin sulit," sesal Daeng.(yn)

tag: #cina  #utang-pemerintah  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Jakarta Lainnya
Jakarta

Mahasiswa Kecewa dengan Sikap KPK: Ancam Akan Lapor ke Jokowi

Oleh Sahlan Ake
pada hari Rabu, 10 Agu 2022
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Menggugat kembali melakukan aksi di depan Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Massa aksi ...
Jakarta

Muncul Nama Heru Budi Hartono Pengganti Anies Baswedan, Siapa Dia?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Masa jabatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan habis masa jabatan pada 16 Oktober 2022. Mengingat Pilkada baru digelar 2024, posisi Anies akan diisi oleh penjabat ...