Editorial
Oleh Bani Saksono pada hari Senin, 09 Mar 2015 - 09:57:01 WIB
Bagikan Berita ini :

Menyelamatkan Proyek Uang Rakyat Jakarta

62DPRD DKI.jpg
Lambang DPRD DKI Jakarta (Sumber foto : Ariady Achmad/TeropongSenayan)

DENGAN perasaan tak berdosa, Basuki Tjahaja Purnama menuding-nudingkan telunjuk tangan kanannya ke arah peserta pertemuan mediasi antara dirinya dengan DPRD DKI di Gedung Kemendagri, pada 6 Maret lalu. Masih gencar melemparkan isu dana siluman yang di antaranya dipakai untuk belanja uninterruptible power supply (UPS), yaitu peralatan listrik yang berfungsi untuk memberi daya sementara ketika daya utama dari jaringan yaitu PLN padam.

Total dana siluman yang dikejar Ahok, sapaan Basuki Tjahaja Purnama besarnya Rp 12,1 triliun. Ahok menduga dana siluman merupakan 'proyek titipan' dari anggota DPRD melalui Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Itu sebabnya Ahok menuding DPRD adalah begal, atau maling, atau perampok APBD DKI 2015 dan melaporkannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Ahok pun merasa di atas awan karena mendapat dukungan dari massa yang tak senang dengan tingkah polah para wakil rakyat di DPRD. Mereka masih mengidentikkan dengan julukan suka menghambur-hamburkan uang rakyat lewat proyek APBD. Tapi, banyak pula pihak yang mendorong agar DPRD melapor ke polisi dengan delik aduan pencemaran nama baik.

Masalah yang lebih esensial adalah bagaimana proyek-proyek uang rakyat itu dapat dilaksanakan tepat waktu dan tepat sasaran tanpa diwarnai aksi mark up. Saat ini, pemegang kunci penyelesaian persoalan ada di Kementeian Dalam Negeri.

Secara legal formal, Kemendagri dapat memerintahkan Gubernur DKI untuk menyerahkan naskah Rancangan APBD DKI 2015 yang telah disetujui dalam rapat paripurna DPRD DKI pada 27 Januari 2015. Sebab, tentu Kemendagri tidk bisa merekomendasikan RAPBD yang tak disahkan DPRD ke Kementerian Keuangan.

Jika tidak juga dilakukan, Kemendagri bisa saja merekomendasikan pencairan APBD 2015 merujuk pada APBD tahun sebelumnya. Yang penting, proyek-proyek uang rakyat dapat dilaksanakan secepatnya sesuai jadwal dan dapat segera dinikmati manfaatnya oleh masyarakat. Misalnya anggaran untuk mengatasi masalah banjir, macet, pendidikan, kesehatan, juga pemberdayaan ekonomi rakyat melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK).

Dua persoalan lain yang menyangkut adanya pelanggaran prosedur hukum, adanya dugaan korupsi dana APBD baik di level DPRD maupun SKPD, sebaiknya diselesaikan melalui jalur hukum. Biarkan penegak hukum yang akan membuktikan siapa pembuat dan penikmat dana siluman APBD 2015 itu. (b)

tag: #dana siluman APBD DKI 2015  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Editorial Lainnya
Editorial

Redam Harga Masker!

Oleh Firdaus
pada hari Selasa, 18 Feb 2020
Belakangan ini masyarakat terkejut dengan lonjakan harga masker hingga lebih 100% dan barangnya langka di beberapa apotik di Jakarta maupun daerah lainnya. Bahkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha ...
Editorial

Degradasi Etika Pejabat

Keputusan Pemerintah menentukan Pangkalan Militer TNI di komplek Pangkalan Udara Raden Sajad Kepulauan Natuna untuk lokasi observasi 238 WNI dari Wuhan, China, adalah keputusan yang tepat. Pertama, ...