Opini
Oleh Asyari Usman (Wartawan Senior) pada hari Sabtu, 06 Jan 2018 - 22:08:07 WIB
Bagikan Berita ini :

Prabowo Harus Kawal Edy Rahmayadi, Jokowi “Ngerjai” PDIP

49IMG_20171117_072001.jpg
Asyari Usman (Wartawan Senior) (Sumber foto : Istimewa )

Aliansi Gerindra, PKS, PAN, yang diperkuat oleh Golkar dan Nasdem dalam pilgub Sumut adalah “No To Djarot Coalition” alias Koalisi Tolak Djarot. Percaturan pilkada menjadi semakin jelas. PDIP harus segera membentuk “Djarot Crisis Centre” untuk menyelamatkan pencalonan mantan “gubernur warisan” DKI itu.

Masih bisakah Djarot dipertahankan di pilgub Sumut? Tentu masih bisa.

PDIP dan Bu Mega harus segera menghukum Golkar dan Nasdem. Kedua partai ini melakukan pengkhianatan besar. Mereka menikam PDIP dari belakang dengan mendukung Edy Rahmayadi. Bu Mega harus berani meninjau ulang hubungan PDIP dengan Golkar dan Nasdem.

Melalui tangan Presiden Joko Widodo (Jokowi), PDIP bisa meminta agar hubungan dengan Golkar dan Nasdem dibuat “bongkar mesin”. Bu Mega bisa menelefon Pak Jokowi supaya segera membersihkan kabinetnya dari unsur Golkar dan Nasdem.

Hanya saja, apakah Pak Jokowi mau menuruti permintaan Bu Mega? Kelihatannya hampir mustahil. Bahkan, pantas disangka bahwa Pak Jokowi sedang “bermain cantik” untuk semakin melemahkan Banteng. Terlalu kasar kalau saya sebut Pak Jokowi sedang “ngerjai” PDIP dan Bu Mega dengan cara menyeludupkan Golkar dan Nasdem ke koalisi Gerindra-PKS-PAN.

Sangat mungkin kubu Edy Rahmayadi (ER) “sudah punya” deal dengan Presiden. Deal yang bermata dua, “double-bladed sword”.

Elaborasinya?

Agak rumit juga. ER, bagaimanapun juga, pernah menjadi bawahan Pak Jokowi. Memang ER tampak lebih nyaman bersama Pak Prabowo, saat ini. Dan ER pastilah ingin menjadi gubernur Sumut. Istana menangkap itu, dan Istana paham betul bahwa peluang Djarot sangat tipis.

Sumut sangat penting bagi Pak Jokowi. Bagi The Prince of Solo, Sumatera Utara “is wanted alive or death”. Sumut harus ditangan, dalam keadaan hidup atau mati.

Istana kemudian membangun strategi baru. Mereka mencoba membajak ER dengan mengerahkan Golkar dan Nasdem untuk ikut di kapal Gerindra. Dengan kalkulasi intelijen yang lengkap, Istana menyimpulkan bahwa Djarot akan dideportasi oleh rakyat Sumut.

Bisa jadi Istana sudah membangun hubungan rahasia dengan ER. Dan tidak tertutup kemungkinan ER, setelah terpilih, secara perlahan akan merapat ke Pak Jokowi. Gerindra sudah membongkar motif ini di balik Deddy Mizwar (Demiz) yang disebut-sebut berselingkuh dengan Istana. Gerindra kemudian menceraikan Demiz, dan kemudian dengan sigap menconkan Mayjen (Purn) Sudrajat.

Jadi, Pak Prabowo harus mengawal ketat ER serta perlu mewaspadai gerak-gerik Golkar dan Nasdem. Politik bisa sangat brutal di Sumut. Pengkhianatan yang kemarin dianggap “unethical” (tak etis), akan segera menjadi norma politik yang sah.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
RAMADHAN 2025 H ABDUL WACHID
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
RAMADHAN 2025 M HAEKAL
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Denda Pagar Laut: Jangan Anggap Kami Semua Bodoh

Oleh M. Said Didu
pada hari Jumat, 28 Feb 2025
Jakarta, 28 Februari 2025- Keputusan pengadilan yang menjatuhkan denda Rp 48 miliar kepada Kepala Desa Kohod atas pembangunan pagar laut di pesisir Jakarta menimbulkan tanda tanya besar. ...
Opini

Danantara dan Tantangan Tata Kelola: Mampukah Mengembalikan Kepercayaan Publik?

Jakarta, 28 Februari 2025- Pada 24 Februari 2025, Presiden Prabowo Subianto meresmikan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) sebagai upaya untuk mengoptimalkan aset ...