Berita
Oleh Ferdiansyah pada hari Senin, 10 Sep 2018 - 09:17:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Pemilik Media Terjun ke Politik Praktis, AJI: Independensi Media Terancam

89news-e7d912ff.jpg.jpg
Surya Paloh dan Haritanoe Soedibyo (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Abdul Manan ikut menyoroti keberadaan para pemilik media yang ramai-ramaimerapat ke kubu petahana Jokowi.

Menurutnya, keberadaan pebisnis media di salah satu kubu pada pemilu mengancam independensi perusahaannya. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada Pilpres 2014 empat tahun lalu.

"Karena, pemilik itu pengaruhnya cukup besar ke kebijakan media. Jadi kalau makin banyakownerterlibat di politik praktis, itu otomatis akan membahayakan independensi media yang dia punya," ujar Manan, Jakarta, (9/9/2018).

Manan menyebut, pengaruh pemilik media di Indonesia cukup besar ke ruang redaksi. Keberpihakan pemilik media terhadap kekuatan politik tertentu lantas hampir dipastikan berdampak pada posisi politik redaksi.

"Independensi media sebenarnya bisa dijaga jika wartawan berani memastikan tak ada pengaruh yang dibawa bosnya pada ruang redaksi," jelas Manan. "Masalahnya, itu sulit terwujud jika melihat sejarah media massa sampai sekarang," katanya.

AJI pun mengingatkan pemilik media seperti Thohir dan Harry Tanoe agar tidak memengaruhi hak publik mendapat informasi yang berimbang dan akurat.

"Jangan sampai hak publik untuk mendapat berita yang benar, akurat,cover both side,itu tidak terjadi karena kepentingan politik pemiliknya. Kami berharapownerjangan mencampuri urusannewsroom," tegas dia.

Senada, analis politik dari Universitas Brawijaya, Wawan Sobari, mengatakan media yang netral justru sesuatu yang "absurd". Sebab, menurut dia, kebijakan redaksi pasti dikendalikan pemilik atau pasar.

Meski menganggap keberpihakan adalah hal yang wajar, akan tetapi ia menyerukan agar tak boleh ada semacam taklid buta.

"Keberpihakan media wajar, namun (harus) tetap kritis, berdasarkan data dan fakta," ujar Wawan.

Menurut dia, keberpihakan media yang tidak berdasarkan data dan fakta inilah yang akan merugikan masyarakat.

Karena itu, ia meminta asosiasi wartawan menjaga kritisisme media dan pembaca selama pemilu berlangsung.

Untuk diketahui, terpilihnya bos Republika Erick Thohir sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin kian memperpanjang daftar pengusaha/pemilik media yang ada di kubu petahana.

Sebagai pengusaha, Erick Thohir tercatat sebagai pendiri dan pemilik Mahaka Group. Konsorsium perusahaan itu memiliki empat media daring, empat media cetak, dan empat media berbasisbroadcasting. Beberapa di antaranya seperti Jak TV, Gen FM, Harian Republika, Parents Indonesia, hingga republika.co.id.

Sebelum Erick Thohir bergabung, sudah ada Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum Perindo yang juga menguasai jaringan MNC Media. Ia pemilik resmi RCTI, Global TV, Koran Sindo, Okezone, INews TV, dan sejumlah media elektronik lain.

Di sana juga ada Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem sekaligus pimpinan Media Group yang membawahi merek seperti Media Indonesia dan Metro TV.

Keberadaan Hary Tanoe, Erick Thohir, dan Surya Paloh di kubu Jokowi-Ma'ruf membuat hampir semua media elektronik, TV dan online sudah "dikuasai" pasangan tersebut. (Alf)

tag: #pemilu-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement