JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Psikolog Politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk berharap kasus Ratna Sarumpaet bisa terbongkar dalam pengadilan, apakah ada konspirasi atau tidak di belakang kasus tersebut.
“Kalau kasus ini naik ke pengadilan, bagus bagi kita bikin terang benderang. Ini apakah hanya bualan seorang Ratna yang entah kenapa itu persoalan pribadi dia lah, entah dia mengalami gangguan psikologis apa sehingga membual saja mengarang-mengarang cerita dia dipukuli,” kata Hamdi saat dihubungi, Sabtu (16/2/2019).
Dirinya juga mengapresiasi aparat kepolisian yang bertindak cepat. Sebab, menurut ya, apabila aparat kepolisian tidak bertindak cepat terhadap kasus Ratna, maka dikhawatirkan akan meluas menjadi kepercayaan publik sehingga digulirkan ke masyarakat bahwa situasi sudah genting.
Sebab, Pemerintahan Jokowidianggap sudah represif, orang atau aktivis dibungkam hak asasinya, dianiaya, ditakuti dengan ketakutan, yang berbicara saja dibungkam dan khawatir bisa chaos nanti sehingga itu jadi persoalan serius.
“Dulu waktu konferensi pers, Prabowo itu kan yang ditekankan kebebasan berbicara, mengkritik itu terancam di republik ini, hak asasi orang terancam. Ada seorang aktivis yang sudah dipukuli, nah itu kan yang mau digiring. Ternyata, itu hoaks terbukti direkayasa,” katanya.
Dirinya juga melihat calon Presiden nomor 02masih punya karakteristik tempramental dan agresif. Menurut dia, hal itu bisa dilihat dari kasus Ratna Sarumpaet.
Hamdi mengatakan studi yang dilakukan pada 2014, hasilnya mengkonfirmasi memang Prabowo lebih agresif, tempramen, kemampuan mengontrol emosinya lebih rendah dan kadang suka buat keputusan-keputusan yang nanti akan lebih blunder.
“Hasil kajian tentang karakteristik Prabowo itu dia memang lebih tempramental. Nah, terbukti misalnya dalam kasus Ratna kan grasak-grusuk, itu fatal loh sebenarnya. Untungnya, polisi bertindak cepat,” kata Hamdi.
Namun, Hamdi sangat menyayangkan seorang Prabowo yang kembali maju menjadi calon Presiden begitu mudah percaya kabar-kabar bohong yang ditiup oleh Ratna. Anehnya, kenapa tidak dicek terlebih dahulu padahal gegabah itu bahaya.
“Apa tidak dicek terlebih dahulu, gegabah itu kan bahaya nanti. Seorang yang akan memimpin republik inigrasak-grusuk, gampang dibohongi oleh seorang nenek-nenek. Itu kan fatal itu,” katanya.
Karena, kata Hamdi, dalam psikologi itu ada yang namanya penyakit hypocondriac yakni orang senang mengarang-ngarang cerita dia lagi sakit, disakiti dan kalau sakit sedikit itu dibesar-besarkan seperti dizolimi.
“Itu ada kelainan psikologis juga, orang membesar-besarkan rasa sakit itu hypocondriac. Maka, Ratna sedang dalam mengidap itu,” katanya.
Di samping itu, Hamdi menilai apabila mau kritis maka pertanyaannya kasus Ratna apakah ada unsur konspirasi juga dengan kubu Prabowo itu harus dibongkar di pengadilan nanti.
“Misalnya untuk mendiskreditkan pemerintah, itu harus dibongkar di pengadilan. Jangan hanya sekarang Ratna doang dijadikan pesakitan, yang lain cuci tangan,” tandasnya. (Alf)