Opini
Oleh Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial pada hari Sabtu, 28 Sep 2019 - 15:31:45 WIB
Bagikan Berita ini :

Efek Domino Ancaman Menristekdikti

tscom_news_photo_1569659505.jpg
Mohamad Nasir (Sumber foto : Istimewa)

Sebelum menyinggung soal ancaman menteri kepada rektor, alangkah baiknya jika kita lebih dulu memahami arti "efek domino"(ED). ED menurut Wikipedia Ensiklopedia Bebas bahwa ED atau reaksi berantai adalah sebuah efek komulatif yang dihasilkan saat satu peristiwa menimbulkan serangkaian peristiwa serupa. Istilah tersebut lebih dikenal sebagai efek mekanikal dan dipakai sebagai analogi barisan berjatuhan dari domino- domino.

Berangkat dari arti ED seperti tersebut di atas, peristiwa serentak aksi mahasiswa di seluruh Indonesia tak luput dari efek domino kebijakan rezim penguasa yang patut diduga dan dirasakan tidak berpihak kepada rakyat. Mahasiswa sebagai intelektual muda ikut merasakan pahit getirnya kehidupan masyarakat, mereka tak mau tinggal diam berleha-leha di zona nyaman hanya sekadar meraih nilai akademis. Mereka turun ke jalan menyampaikan kritik kepada pemerintah dan DPR.

Aksi mahasiswa yang dinilai oleh rezim penguasa sebagai gangguan ketertiban, maka rezim lewat Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) mengancam rektor untuk dapat mencegah mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa. ED dari pemerintah menekan Menristekdikti, maka efeknya Menristekdikti menekan rektor. Jadi, kalau boleh disebut saat ini Menristekdikti sebagai kepanjangan tangan rezim yang otoriter dengan harapan bisa meredam aksi mahasiswa. Sungguh cara-cara lama yang sudah usang tak layak lagi diterapkan pada era digitalisasi saat ini.

Pertanyaannya, akankah rektor selanjutnya mau menekan mahasiswa setelah mendapat tekanan? Sangat kecil kemungkinan para rektor takut akan tekanan tersebut bahkan untuk aksi mahasiswa kali ini sangat dimungkinkan para rektor malah ikut aksi para mahasiswanya.

Pada era aksi mahasiswa 77-78 yang penulis juga ikut di dalamnya, kala itu memang sangat terasa para rektor mendapat tekanan yang cukup keras dari rezim. Yang nyaris sama pola rezim hadapi aksi mahasiswa 78 dan 2019 adalah sweeping aparat ke rumah dan kost-kostan para mahasiswa.

Hentikan hadapi aksi-aksi mahasiswa dengan cara-cara represif, sweeping dan lain sebagainya. Tekanan Menristekdikti ke para rektor akan dapat menurunkan kredibilitas pemerintah jika rektornya diam tidak hirau dengan tekanan bahkan martabat pemerintah akan jatuh jika setelah mendapat tekanan malah para rektor tidak tinggal diam, bergerak turun ke jalan bersama mahasiswanya. Mungkinkah terjadi? Jawabnya, sangat mungkin. (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #kemenristekdikti  #aksi-mahasiswa  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Runtuhnya Mitos Kependekaran Politik Jokowi

Oleh Oleh: Saiful Huda Ems (Advokat, Jurnalis dan Aktivis 1998)
pada hari Jumat, 22 Nov 2024
Ternyata lebih cepat dari yang banyak orang perkirakan, bahwa kependekaran semu politik Jokowi akan tamat  riwayatnya di akhir Tahun 2024 ini. Jokowi yang sebelumnya seperti Pendekar Politik ...
Opini

Selamat Datang di Negeri Para Bandit

Banyak kebijakan ekonomi dan sosial Jokowi selama menjabat Presiden sangat lalim, sangat jahat, sangat kejam, khususnya terhadap kelompok masyarakat berpendapat menengah bawah.  Kejahatan ...