JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti mengatakan pengelolaan limbah B3 Rumah sakit perlu diatasi dengan sebaik mungkin untuk dapat mengatasi pandemic corona. Ia jugamenyampaikan mengenai pengelolaan limbah (waste management) di era pandemic covid-19 yang kini tengah melanda dunia ada kaitan dengan dampaknya terhadap lingkungan hidup.
Menurutnya, salah satu yang menjadi perhatian penting adalah pengelolaan limbah B3 rumah sakit dari sejumlah alat medis sekali pakai, yang saat ini tengah banyak digunakan oleh pekerja medis. Sejumlah limbah medis ditemukan berakhir di laut, dan mengganggu ekosistem dan organisme laut yang ada.
Tentu saja, keadaan tersebut sangat mengkhawatirkan dan perlu penanganan yang serius secepatnya supaya dapat mengatasi pandemi corona dengan pengelolaan limbah B3 Rumah Sakit secara baik.
“Pandemi ini tidak akan berakhir sampai kita benar benar memperhatikan dan mengelola limbah yang dihasilkan dalam penanggulangan covid-19 dengan baik. Seperti kita ketahui, virus ini dapat menempel pada sejumlah alat medis seperti masker sekali pakai, sarung tangan dan lain lain. Maka pengelolaan limbah medis yang baik sangat diperlukan,” kata Dyah Roro Esti melalui keteranganya, Rabu (15/07/2020).
Legislator yang juga menjabat sebagai Sekretaris Kaukus Ekonomi Hijau (Green Economy Caucus) DPR RI ini memaparkan bahwa limbah B3 rumah sakit saat ini di kelola menggunakan incinerator, dan saat ini di Indonesia telah terjadi peningkatan limbah B3 sebesar 30% dari sampah medis ini. Berdasarkan data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ini baru ada 100 rumah sakit di Indonesia, yang memiliki incinerator yang memenuhi standar untuk mengelola limbah medisnya sebelum dibuang ke pembuangan akhir.
Untuk itu, Politisi Golkar tersebut mendorong kalau pengelolaan limbah B3 ini sangat perlu untuk menjadi salah satu konsentrasi dalam menentukan kebijakan lingkungan, maka perlu penyikapan yang lebih serius dari pemerintah, baik dari segi edukasi kepada masyarakat dan pengadaan infrastruktur (tempat pembuangan limbah B3) di tempat-tempat umum maupun rumah sakit. Sebab tanpa pengelolaan yang cermat, maka ekosistem lingkungan akan menjadi taruhannya.
“Bahwa saat ini banyak pekerja informal, khususnya para pekerja kebersihan di TPA yang berhadapan secara langsung dengan limbah B3, atau limbah yang sudah terkontaminasi virus dan bakteri tanpa menggunakan alat pelindung diri atau APD yang memadai,” ujarnya.
Politisi yang akrab disapa Mbak Roro ini menilai kalau hal tersebut akan menjadi ancaman tersendiri bagi kesehatan para pekerja. Sementara itu, disisi lain mereka merupakan aktor penting dalam menghimpun limbah-limbah tersebut. Bahkan di beberapa wilayah, pekerja kebersihan merupakan komponen utama dalam mengumpulkan limbah plastik yang mencapai sebanyak 1 juta ton per tahun.
“Permasalahan kelola limbah medis ini sangat penting dan tidak dapat hanya dijalankan oleh satu pihak saja, karenanya mari bersama sama bergotong royong, mengambil peran dalam meningkatkan kualitas kelola limbah atau sampah medis sebagai salah satu upaya menuntaskan pandemic covid-19 dan untuk lingkungan hidup yang lebih baik,” pungkasnya.