JAKARTA(TEROPONGSENAYAN)--Permadi Arya menuduh Islam agama dari Arab yang AROGAN.
Namun, mungkin tanpa disadari, kalau ini memang benar, dia sendiri memilih untuk menggunakan gelar yang asal usulnya dari Arab - "Abu" Janda.
Dalam sejarah perkembangan Islam (di Arab/Makkah) sangat dikenal dua orang yang luar biasa anti Islam/Muhammad (saw) - mereka adalah Abu Jahal dan Abu Lahab.
Nama asli Abu Jahal adalah "Amr ibn Hisham al-Makhzumi, sementara Abu Lahab diberi nama Abd al-Uzza ibn Muttalib ketika lahir.
Jelek-jelek Abu Lahab menjadi salah satu judul surah dalam Al Qur"an – Surah ke-111 - Al-Lahab.
Kata sementara pengamat Al Qur"an, meski Surah tersebut turun sewaktu Abu Lahab masih hidup, dan mengandung ancaman terhadap dirinya di kemudian hari, namun ia tidak mau atau tidak kuasa untuk membuktikan bahwa surah tersebut adalah isapan jempol belaka.
Maksudnya Abu Lahab dengan mudah dapat memadamkan cahaya Islam hanya dengan mengucapkan syahadat, hingga ancaman bahwa ia "kelak akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala" (QS 111:3) menjadi isapan jempol belaka, karena yang bersyahadat adalah Muslim, dan Muslim yang bertaubat secara sungguh-sungguh dapat memperoleh ampunan dari Allah (swt) hingga tidak masuk ke dalam api yang menyala-nyala. Abu Lahab bersikeras dengan keyakinannya yang bukan Islam.
Jadi setelah adanya serangan tajam Abu Janda terhadapa agama Islam,kita ingin bertanya apakah yang mengilhaminya untuk memilih gelar atau julukan Abu Janda itu adalah Abu Lahab dan atau Abu Jahal? Wallahu a"lam.
Juga dalam bahasa Indonesia Janda berarti perempuan yang diceraikan atau bercerai.
Penggunaan kata arogan untuk menghiasi Islam yang digunakan Abu Janda mungkin juga melenceng dari tujuannya, karena arogan yang dipinjam menjadi kosa kata bahasa Indonesia, arti aslinya dalam bahasa Inggris adalah "sombong, pongah, lantam". Dalam kamus dijelaskan bahwa arogan (arrogant) : having or revealing an exaggerated sense of one"s own importance or abilities., alias orang yang merasa dirinya atau kemampuannya sangat penting (gede rasa) alias sangat berlebihan.
Tidaklah mungkin Islam melakukan ancaman terhadap penganut agama lain, seperti yang dituduhkan Abu Janda.
Ajaran Islam bukan saja melarang sesuatu bentuk pemaksaan, bahkan sikap mencemooh sesembahan orang lain saja pun dilarang. "Dan janganlah kamu memaki (sesembahan-sesembahan) yang mereka sembah selain Allah (QS 6:108)”.
Jadi di mana "arogan"-nya Islam yang datang dari Arab ini?
Banyak sekali ayat Al Qur"an yang mencerminkan/menyuruh Muslim agar ramah.
Dalam bukunya "Islamic Exeptionalism" - Shadi Hamid, seorang "senior fellow in the Project on U.S. Relations with the Islamic World at the Brookings Institution" (Washington D.C.), pada halaman 75 mengutip ucapan seorang cendEkiawan Timur Tengah, Rashid Ridha, yang antara lain mengatakan bahwa "Islam condong ke rasionalitas" (penggunaan aql/akal). Tidak mengherankan, karena memang dalam Al Qur"an perkataan aql terdapat sampai 49 kali.
Keramahan ini juga terbukti ketika Rasulullah (saw) menanggapi permintaan perlindungan dari Biara Santa Catharina di Sinai (Mesir) dengan mengeluarkan maklumat berikut:
(Ini adalah pesan dari Muhammad ibn Abdullah, sebagai perjanjian dengan mereka yang menganut ajaran Kristiani, di mana pun mereka berada, kami bersama mereka. Sesungguhnya aku, para pembantuku dan para pengikutku, melindungi mereka karena Umat Kristiani adalah wargaku, dan Demi Allah! Aku akan membela mereka sekiranya ada yang mengganggu mereka).
Mereka tidak boleh dipaksa. Begitu pula para hakim mereka tidak boleh disingkirkan dari jabatan mereka, juga para pendeta mereka tidak boleh diusir dari biara mereka. Tidak boleh ada yang menghancurkAn rumah ibadah mereka, atau merusaknya, atau mengambil sesuatu darinya untuk dibawa ke rumah-rumah Muslim.
Apabila ada yang melakukan hal seperti itu, maka niscaya mereka telah melanggar ketentuan yang dibuat Allah dan sekaligus durhaka pada Nabi mereka. Sesungguhnyalah mereka adalah sekutuku dan memiliki jaminan dariku untuk menentang segala yang mereka tidak sukai. Tidak boleh ada yang memaksa mereka untuk melakukan perjalanan atau mewajibkan mereka untuk bertempur. Umat Islam-lah yang akan bertempur untuk mereka.
Apabila seorang perempuan Kristiani dinikahi seorang lelaki Muslim, maka itu hanya dapat terjadi dengan persetujuan sang perempuan. Dia (sebagai isteri) tidak boleh dihalangi untuk pergi ke gereja untuk berbakti. Gereja-gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dicegah atau dihalangi untuk memperbaikinya, juga kesucian dari kepercayaan mereka. Tidak ada Umat Islam yang boleh melanggar perjanjian ini sampai akhir zaman (kiamat)," (Piagam ini masih tersimpan dalam Biara Santa Chatherina di Sinai, Mesir, sampai sekarang).
Surat Rasul (saw) ini sudah diterbitkan dan dimuat di berbagai jurnal Islami di Barat, seperti, antara lain Islami City.
Bahwa isinya terkesan begitu "ramah" kepada kaum Nasrani, tidak mengHerankan, karena Al Qur"an sendiri juga penuh dengan keramahan kepada semua, termasuk makhluk non manusiawi.
Tidak ada paksaan dalam agama - QS 2:256.
Dalam tafsir Al Qur"an Terjemah Indonesia karya TNI Angkatan Darat cetakan ke-xx, pada catatan kaki agama (Islam) dijelaskan:
"Islam adalah hidayah Allah, oleh karena itu tidak dibenarkan adanya paksaan menganutnyaï¾Â "
Kemudian dalam Surat Al Ghaasyiyah (88:21-22): Allah (swt) mengatakan kepada Rasul (saw):
"Maka peringatkanlah, karena sesungguhnya engkau hanyalah pemberi ingat.
Bukanlah engkau orang yang dapat memaksa atas mereka".
Lalu dalam QS 28:56 Allah berfirman:
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada siapa yang engkau kasihi, tetapi Allah menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang menerima petunjuk".
Catatan kaki dari ayat ini dalam tafsir bahasa Inggris oleh Muhammad Asad (The Message of The Qur"an hal. 598) sungguh sangat mencerahkan.
Dalam surat Yunus (10:99) Allah (swt) menegaskan:
Dan kalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya. Apakah engkau hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin?
Ayat ini jelas berbentuk "pemungkas" - ibaratnya peringatan kepada Rasul (saw) (dan tentu saja manusia/muslim lainnya) agar jangan sombong/takabur dalam upaya "meng-Islamkan" non-Muslim, karena melakukan pemaksaan sama saja artinya dengan anggapan bahwa Allah azza wajala TIDAK MAMPU memberi hidayah! Astaghfirullah.
Jadi tugas Nabi Muhammad (saw) hanya sekadar menyampaikan, yang kemudian membuka mata hati manusia adalah Allah. Begitulah penafsiran banyak ulama.
Kemudian dalam Al Kahfi (18:29) Allah (swt) berfirman:
Dan katakanlah "Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah dia kafir.
Sama sekali tidak ada pemaksaan untuk "mentauhidkan" siapa pun.
Islam adalah agama yang adil.
Itulah sebabnya dalam Al Israa" (QS 17:70) Allah (swt) menegaskan:
"Dan sungguh Kami telah muliakan keturunan Adam (seluruh manusia) dan Kami angkut mereka di daratan dan di lautan dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna."
Begitu tingginya nilai nyawa manusia, hingga Allah (swt) dalam Al Maa"idah (5:31) berfirman:
“Karena itu Kami tetapkan kepada Bani Israil bahwa sesungguhnya barangsiapa yang membunuh seorang manusia (tanpa disebutkan agamanya, penulis) bukan karena hukuman pembunuhan, atau karena membuat bencana di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.."
Lalu, dan ini juga sering mencengangkan baik Muslim maupun non Muslim, kalau kita kutip (QS 60:7&8):
"Mudah-mudahan Allah mengadakan kasih sayang antara kamu dengan orang-orang yang memusuhi kamu di antara mereka. Dan Allah Maha Kuasa dan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
"Allah tidak melarang kamu terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu pada agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negeri kamu, bahwa kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
Dalam ayat ke-7 Allah menggunakan kata "mawaddatau" - kata yang juga digunakan sebagai rahmat Allah kepada suami-isteri (Muslim) yang berkasih sayang.
Sebenarnya masih banyak lagi ayat-ayat pendukung "keramahan" Islam yang dapat dikutip, namun semoga yang di atas mencukupi sebagai rujukan untuk mendasari argumentasi bahwa Islam menyuruh penganutnya agar ramah, tidak arogan.
Juga patut diingat bahwa Rasul (saw) pernah menyuruh sebagian muslim di Makkah agar mencari perlindungan pada penguasa Abysinia (di Afrika) yang Nasara - demi menghindari kezaliman kaum Jahiliyah. Tidak mustahil kalau Rasul (saw) kemudian sebagai manusia yang paling berkuasa di Jazirah Arabia, "balas budi" dan melindungi kaum Nasara di biara Santa Catharina. Dan bukan bersikap AROGAN!
Musuh-musuh Islam dalam berbagai bentuk dan ragam memang terus mencoba untuk minimal memfitnah agama tauhid ini, namun ibarat anjing menggonggong kafilah (Islam) tetap berlalu.
Di gerbang pintu masuk Fakultas Hukum perguruan tinggi tertua di Amerika yang sering pulau dinobatkan sebagai perguruan tinggi terjitu di dunia - Harvard University - terpampang kutipan dari Surat An-Nisa" (4:135), yang juga menghiasi gerbang Mahkamah Konstitusi di Jakarta:
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.
Akhirul kalam dapat pula diungkapkan di sini bagaimana Islam menyuruh Muslim agar tetap ramah, bahkan kepada mereka yang mencoba untuk menjerumuskannya ke dalam "api yang menyala nyala". Allah (swt) menyuruh Muslim memaafkannya. Ini termuat dalam QS 2:109:
Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka MAAFKANLAH dan BERLAPANG-DADALAH, sampai Allah memberikan perintah-NYA. Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Jadi di mana AROGAN-nya? Atau lebih tepat lagi siapa sih yang sebenarnya AROGAN? Wallahu a"lam.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #abu-janda #islam