JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Dadang merupakan salah satu dari 37 korban luka dalam kecelakaan dua bus TransJakarta di Jl. MT Haryono, tak jauh dari Halte Cawang Ciliwung, pada Senin (25/10) pagi sekitar pukul 08.40 WIB.
Dadang berangkat menuju ke tempat kerjanya di Bekasi dengan menggunakan TransJakarta dari Pluit.
Dia berada di bus TransJakarta belakang yang saat kejadian menabrak satu bus di depannya ketika akan menurunkan penumpang di Halte Cawang Ciliwung.
"Sebelum kejadian itu bus jalan normal-normal saja," kata Dadang saat jalani perawatan di RS Budhi Asih.
Pria asal Garut itu mengaku sempat merasakan kejanggalan sesaat sebelum bus memasuki Halte Cawang Ciliwung.
Dadang yang duduk di bagian belakang dengan posisi kursi yang sedikit lebih tinggi membuatnya dapat melihat dengan jelas detik-detik sebelum terjadinya tabrakan.
Saat itu, dia melihat sang sopir bus tidak tampak melakukan upaya pengereman meski di depannya ada bus TransJakarta lain yang sedang berhenti.
"Kok sudah 300 meter sebelum halte, tapi bus tidak ngerem juga. Tiba-tiba bus yang saya naiki menabrak, dari belakang itu saya terpental ke bagian depan bus," ujar dia.
Dadang mengatakan dirinya terjatuh hingga kesulitan untuk bangkit karena merasakan sakit pada bagian dada hingga susah bernafas.
Dengan sisa tenaga yang ada, dia berhasil bangkit lalu keluar melalui pintu yang bagian kacanya sudah pecah akibat benturan.
Dalam keadaan hampir tak berdaya itu, Dadang sempat melihat situasi di sekitar lokasi kejadian yang tampak kacau. Beberapa penumpang masih tergeletak di dalam bus yang ringsek sambil berharap pertolongan.
Saat kejadian itu, Dadang mengatakan bahwa dirinya belum mengetahui adanya korban tewas akibat kecelakaan TransJakarta.
Penumpang bus TransJakarta yang selamat lainnya, Hilaludin, memberikan kesaksian yang hampir sama dengan Dadang.
Hilaludin yang berada di bus bagian depan mengatakan saat tabrakan terjadi ia mendengar suara seperti ledakan yang terdengar keras.
Dia mengira awalnya itu adalah suara ledakan dari telepon seluler.
Namun perkiraannya meleset setelah ia melihat kaca-kaca bus yang ditumpanginya itu pecah akibat kerasnya benturan. Bahkan tubuh Hilaludin juga ikut terpental.
Butuh beberapa saat bagi Hilaludin yang saat itu duduk di bagian belakang bus untuk bangkit karena pandangannya sempat kabur dan kepalanya pusing terkena dampak benturan.
Ketika kesadarannya membaik, dia baru menyadari bahwa kakinya patah hingga harus dibantu warga keluar dari dalam bus untuk mendapatkan pertolongan pertama.
"Pas kejadian saya habis transit dari Ciledug, turun di Kuningan Barat, terus dari Pluit ke Pinang Ranti," kata Hilaludin.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun juga menjamin para korban kecelakaan bus TransJakarta mendapat tanggungan jika pendapatan harian mereka terganggu karena harus dirawat di rumah sakit.
Insiden tabrakan maut dua bus TransJakarta pada Senin (25/10) itu seharusnya dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak mengenai pentingnya keselamatan dalam berkendara.
Jangan sampai kepercayaan masyarakat luntur di tengah upaya pemerintah dalam mengkampanyekan penggunaan transportasi umum.