Jakarta, 25 Maret 2025-Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali mengalami tekanan signifikan. Hari ini, rupiah telah mencapai Rp16.549 per dolar AS, bahkan sempat menyentuh Rp16.639 di pasar spot. Dengan tren pelemahan yang terus berlanjut, bukan tidak mungkin rupiah akan menembus Rp17.000 dalam waktu dekat.
Melemahnya rupiah bukanlah fenomena sesaat. Sejak kepemimpinan Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) pada Mei 2018, rupiah terus mengalami depresiasi dari sekitar Rp14.000 hingga sekarang di atas Rp16.500 per dolar AS. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang efektivitas kebijakan moneter yang diterapkan BI dalam menjaga stabilitas rupiah.
Tanggung Jawab Bank Indonesia
Stabilisasi nilai tukar rupiah merupakan tugas utama Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang independen dari pemerintah. Dalam konteks ini, pemerintah—termasuk Presiden Prabowo Subianto—tidak memiliki wewenang langsung untuk mengintervensi kebijakan moneter, termasuk dalam penentuan suku bunga acuan atau kebijakan intervensi pasar valas yang dijalankan oleh BI.
Namun, melihat tren pelemahan rupiah yang terus berlanjut, muncul pertanyaan besar: apakah BI telah menjalankan perannya dengan optimal? Jika fundamental ekonomi Indonesia diklaim kuat, seharusnya nilai tukar rupiah tidak terus melemah. Lantas, apakah ada kesalahan kebijakan dalam pengelolaan moneter yang menyebabkan depresiasi ini?
Depresiasi rupiah yang terus berlanjut menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang dijalankan selama ini belum cukup efektif. Jika tren ini tidak segera dikendalikan, bukan tidak mungkin rupiah akan melemah lebih dalam, bahkan melampaui Rp17.000 per dolar AS. Bank Indonesia perlu segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menstabilkan nilai tukar, mengingat dampaknya terhadap inflasi, daya beli masyarakat, dan stabilitas ekonomi nasional secara keseluruhan.
Sementara itu, pemerintah juga harus memastikan bahwa kebijakan fiskal dan reformasi struktural yang diterapkan benar-benar mampu mendukung stabilitas ekonomi jangka panjang. Apakah BI akan mengambil langkah konkret untuk menahan laju pelemahan rupiah? Kita tunggu kebijakan selanjutnya.
Dr. Anthony Budiawan
Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)