(TEROPONGSENAYAN) - Puasa Ramadhan mengandung nilai dan hikmah bagi manusia yang menjalankannya karena Allah SWT. Nilai dan hikmah yang di dapat dari menjalankan ibadah puasa Ramadhan itu bukanlah tujuan, melainkan efek yang manfaatnya dirasakan langsung oleh hamba yang berpuasa. Diantara hikmah puasa menurut Yusuf Qardhawi dalam fiqh puasa, terj. Ma’ruf abdul jalil adalah mendidik, iradah (kemauan), mengendalikan hawa nafsu, membiasakan bersifat sabar atas ketaatan dan sabar dalam menjauhi segala kemaksiatan.
Puasa adalah amalan pada batin dengan kesabaran semata. Dan pahala yang diberikan kepada orang-orang sabar, sedemikian banyaknya sehingga tidak tercakup dalam bilangannya. Dalam ibadah puasa terdapat hikmah yang sangat besar, diantaranya adalah untuk membentuk pribadi muslim yang berakhlakul karimah. Pada dasarnya akhlak merupakan hal yang fundamental, karena akhlak adalah manifestasi dari sikap dan kepribadian manusia, dan akhlak juga merupakan kehendak lahir dan jika seseorang yang melakukannya secara berulang-ulang.
Manusia dalam tingkah laku perbuatannya selalu dalam pilihan antara baik dan buruk. Dalam puasa kemauan dilatih untuk selalu memilih yang baik sehingga melahirkan tingkah laku perbuatan yang baik pula. Dibiasakan seorang mu’min mendisiplinkan akhlaknya untuk suatu ketika menjadi kebiasaan dan tabiatnya. Dan tabiat ini akan membentuk kepribadian muttaqin yaitu orang yang senantiasa tattaqun. Disiplin akhlak melindungi jiwa manusia agar dapat menghindarkan diri dari perbuatan jahat.
Puasa dapat menertibkan kemauan dari jiwanya dan pada maksud-maksud hina dan keji yang senantiasa menggoda hatinya.
Pernyataan di atas adalah beberapa catatan tentang hikmah puasa dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pernyataan Imam al Ghazali yang menekankan bahwa hikmah puasa yang paling dalam adalah dekatnya sifat manusia dengan sifat Allah, adalah merupakan pernyataan global pula yang secara implisit menggambarkan manusia telah dapat mencapai hikmah ini, maka keharmonisan dalam diri dan hubungan dengan masyarakat akan selalu terbina.
Itulah sebabnya Imam al Ghazali, menekankan bahwa rahasia puasa yang sebenarnya adalah melemahkan tenaga yang biasanya dipergunakan syaitan untuk mengajak kita ke arah kejahatan. Dan tujuan puasa adalah menaklukkan hawa nafsu dan meningkatkan kemauan untuk beramal shaleh. Jadi, kalau dilihat dari sudut psikologis maka efek yang terpenting dari puasa ialah membentuk watak dan karakter manusia menjadi patuh dan disiplin terhadap peraturan, kepatuhan terhadap hukum dan menjalankan peraturan bukan karena takut dan khawatir kepada sanksi nyata.
Orang yang mengerjakan puasa telah berjuang untuk menundukkan hawa nafsu dan membentuk pribadi muslim yang berakhlakul karimah dan disinilah letak nilai-nilai edukatif ibadah puasa mendidik manusia untuk mempertinggi sifat-sifat sabar. Kesabaran menahan adalah nilai dari aurat penting bagi keteguhan jiwa manusia.
Maka hikmah puasa menurut Imam al Ghazali adalah sebagai berikut:
1. Apabila ketiga derajat puasa yang dikemukakan Imam al Ghazali di atas dilaksanakan, maka orang yang berpuasa akan menjadi manusia yang berakhlak mulia.
2. Dari sudut sosiologis atau kemasyarakatan, maka puasa dapat mendidik manusia muslim dalam menumbuhkan sifat pemurah dan penyayang.
3. Dari sudut pandang psikologi, maka pengaruh yang terpenting dari puasa itu ialah membentuk watak dan karakter manusia menjadi patuh dan disiplin terhadap suatu peraturan. Patuh terhadap hukum Allah semata yang dimotori jiwa taqwa.
4. Imam al Ghazali memandang puasa pada hakekatnya adalah menahan syahwat serta mengembalikannya kepada batas kesederhanaan, maka akan terpancarlah sifat-sifat yang mulia, seperti suka menolong, menghormati sesama, gotong royong, dan sebagainya.
5. Puasa dapat mendidik manusia untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. (*)