Perseteruan antara Titiek Soeharto dan Anthoni Salim di kawasan Pantai Indah Kapuk 2 (PIK2) telah memunculkan kembali perbincangan mengenai dinamika kekuasaan, ekonomi, dan politik yang melibatkan dua keluarga besar yang pernah menjadi poros kekuatan ekonomi Indonesia: keluarga Cendana dan keluarga Salim.
Sejarah yang Membentuk Jejak Kekuasaan
Pada era 1957, ketika Soeharto menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) IV/Diponegoro, ia membangun hubungan erat dengan Liem Sioe Liong (Oom Liem). Kemitraan ini berkembang pesat ketika Soeharto menjadi Presiden RI, menjadikan Oom Liem sebagai tokoh kunci dalam pengelolaan logistik dan distribusi. Di bawah bimbingannya, sekitar 200 pengusaha dirangkul untuk membangun konglomerasi yang kemudian melahirkan generasi oligarki ekonomi Indonesia.
Namun, seiring berjalannya waktu, keluarga Salim—di bawah kepemimpinan Anthoni Salim, pewaris Oom Liem—berhasil memperkuat posisi mereka di bidang ekonomi dan politik, sementara keluarga Cendana semakin terpinggirkan.
Cendana: Ketertinggalan di Politik dan Ekonomi
Setelah kejatuhan Soeharto pada 1998, keluarga Cendana berupaya mempertahankan relevansi mereka, terutama melalui jalur politik. Titiek Soeharto, putri kedua Soeharto, pernah menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar dan kini bergabung dengan Gerindra. Namun, berbagai upaya keluarga Cendana untuk membangun kekuatan politik, termasuk melalui pembentukan partai, tidak membuahkan hasil signifikan.
Sebaliknya, Anthoni Salim dan grup Salim tetap menjadi salah satu pemain utama dalam perekonomian Indonesia. Dengan pengaruh besar di berbagai sektor, termasuk properti melalui proyek strategis seperti PIK2, posisi mereka semakin kokoh.
Polemik Pagar Laut di PIK2
Perseteruan terbaru antara Titiek Soeharto dan Anthoni Salim muncul terkait proyek PIK2, khususnya soal keberadaan "Pagar Laut". Titiek, yang kini menjabat sebagai Ketua Komisi IV DPR RI, menyerukan agar pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pembangunan pagar laut tersebut diungkap dan diproses secara hukum.
Sebaliknya, Anthoni Salim melalui PT Pembangunan Perumahan Anak Indonesia (PANI), yang terlibat dalam proyek ini, terus memperluas investasi dan pengembangan kawasan tersebut. Hal ini memunculkan spekulasi adanya ketegangan antara keluarga Cendana dan kelompok Salim yang mencerminkan persaingan lama mereka dalam mempertahankan pengaruh di tataran nasional.
Perseteruan atau Dinamika Lama?
Perseteruan ini menjadi simbol dari pergeseran kekuatan ekonomi dan politik di Indonesia pasca-Soeharto. Keluarga Cendana, yang pernah menjadi pengendali utama, kini menghadapi tantangan besar dari generasi baru oligarki yang tumbuh di bawah era Orde Baru.
Akankah seruan Titiek Soeharto mengungkap dalang di balik polemik Pagar Laut ini menjadi langkah nyata, atau hanya bagian dari narasi politis untuk merebut kembali posisi di panggung nasional? Waktu akan menjawab.
Salam Juang,
BeathorSuryadi
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #