Jakarta – Rapat pleno Partai Golkar yang dijadwalkan berlangsung dengan cepat mengalami penundaan. Salah satu materi yang disiapkan dalam agenda tersebut mencakup konsep petunjuk pelaksanaan musyawarah daerah (Musda) dan peraturan organisasi. Namun, draf konsep tersebut diberikan secara mendadak kepada peserta rapat, yang kemudian memunculkan keberatan karena dianggap tidak memberikan waktu yang cukup untuk pembahasan yang matang.
Penundaan ini terjadi sebagai respons atas keberatan sejumlah peserta pleno yang menilai perlunya diskusi yang lebih terbuka dan terstruktur. Menariknya, keputusan untuk menunda rapat mendapatkan dukungan penuh dari Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia dan Sekretaris Jenderal partai. Sikap ini dinilai sebagai langkah yang menunjukkan keterbukaan terhadap masukan dari internal partai, berbeda dengan pola yang diterapkan dalam kepemimpinan sebelumnya.
Salah satu peserta rapat menyampaikan bahwa selama periode sebelumnya, keputusan-keputusan strategis sering kali diambil dengan pola yang disebut sebagai “katak berenang”—sebuah metafora yang menggambarkan kebiasaan tunduk kepada atasan tetapi menekan pihak di bawah. Menurut peserta tersebut, pola ini tidak lagi berlaku dalam era kepemimpinan Bahlil Lahadalia, yang dinilai lebih demokratis dan inklusif.
Dinamika ini mencerminkan perubahan dalam mekanisme pengambilan keputusan di tubuh Partai Golkar. Jika sebelumnya keputusan strategis cenderung diambil secara top-down dengan sedikit ruang diskusi terbuka, kini ada indikasi bahwa partai mulai mengarah pada model kepemimpinan yang lebih partisipatif.
Sebagai salah satu partai politik besar di Indonesia, Golkar memiliki sejarah panjang dalam proses politik nasional. Perubahan gaya kepemimpinan di internal partai tentu akan berpengaruh pada dinamika politik secara lebih luas, baik dalam konteks konsolidasi internal maupun dalam posisinya menghadapi agenda politik nasional ke depan.
Penundaan rapat pleno ini, yang dipicu oleh tuntutan transparansi dan pembahasan yang lebih matang, bisa menjadi sinyal bahwa Golkar tengah mengalami pergeseran budaya politik. Sejauh mana perubahan ini akan bertahan dan berkontribusi pada penguatan partai, masih perlu diamati dalam langkah-langkah kebijakan yang akan diambilselanjutnya.