Sofyan Wanandi betul bahwa kondisi sektor riil sekarang ini amat berat. Pada krisis 1998, kondisi perbankan yang terpukul lebih berat dibanding sektor riil karena lonjakan kursnya terlalu besar dan terlalu mendadak.
Pada saat itu, kondisi perbankan adalah net open position valas perbankan, NPL (kredit macet) dan BMPK (batas maks pemberian kredit) semua sudah melanggar.
Kalau sekarang (2015), sektor perbankan relatif lebih siap kecuali kurs masuk Rp16 ribu per USD bisa mulai sekarat. Tapi kini sektor riil terpukul dari semua arah.
Namun, bila berkepanjangan, pada akhirnya akan memukul perbankan juga yaitu akan gagal bayar utangnya pada perbankan.
Nah, kalau kedua sektor sudah sama-sama sekarat, akibatnya ke politik dengan kemungkinan besar pergantian rezim. Baik sektor riil dan perbankan tak kuat lagi hadapi tekanan krisis.
Ingat pada krisis 1998 lalu dimulai dari krisis perbankan dulu pada tahun 1997 yang kemudian diikuti krisis sektor riilnya pada 1998.
Sekarang terbalik yaitu dari sektor riil lebih dulu dan mau tidak mau akan diikuti perbankan. Setelah benteng pertahanan ke duanya jebol maka menuju krisis politik.(*)
TeropongRakyat adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongRakyat menjadi tanggung jawab Penulis.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #fuad #rakyat #pasar