JAKARTA(TEROPONGSENAYAN)--Kakeknya sering bercerita tentang Proklamator RI, Ir Sukarno. Selain itu, juga banyak diperkenalkan dengan buku-buku Sukarno hingga membuatnya terkesan bahkan jatuh cinta pada sosok sang proklamator itu.
“Sejak kecil saya dapat cerita soal Soekarno, juga buku-buku politik dan diplomasi hingga membuat saya ingin menjadi diplomat atau politisi," kata Sekretaris Fraksi Hanura Dadang Rusdiana dalam sebuah percakapan dengan TeropongSenayan.
Kakeknya yang Sukarnois, selalu menanamkan nilai-nilai yang diajarkan proklamator itu dalam jiwanya. Darah ayahnya yang aktivis GMNI, menambah sosok Dadang menjadi politisi yang utuh. "Ayah saya dulu aktivis GMNI di Unpad," ujar Dadang.
Pernah satu ketika dia membelokkan kata hatinya dengan menempuh pendidikan perkoperasian. Tapi ternyata jiwanya berontak dan tidak mampu menahan keinginan untuk kembali ke politik.
"Saya malah banyak terlibat di kegiatan ormas, seperti AMS (Angkatan Muda Siliwangi) hingga menjadi Bakorcam Golkar di Kecamatan Arjasari, Bandung dalam usia yang relatif muda," papar Dadang.
Dadang memang mengawali kiprah politiknya di Partai Golkar. Dan partai itu seperti menjadi sekolah pertamanya di dunia politik. Kalau kini dia menjadi kader Partai Hanura, jalan ceritanya panjang.
"Tapi bagi saya yang terpenting adalah mengabdi, dan pilihan saya melalui jalur politik, dimanapun dan apa pun partainya," ucapnya.
Jalan politik Dadang tidak selamanya mulus. Setelah gagal dalam pencalonannya sebagai Wakil Bupati Bandung, semangatnya sempat turun.
Tapi bukan Dadang kalau tidak meradang. Dia langsung kembali terjun ke dunia politik dan masuk sebagai calon anggota DPR dari Partai Hanura Daerah Pemilihan (Dapil) II yang meliputi Kabupaten Bandung dan Bandung Barat.
Meski tidak mudah Dadang lolos ke Senayan. "Kalau saya ngotot itu karena ingin memperjuangkan nasib rakyat saja," kata Dadang yang sejak kecil mimpi mahir berdiplomasi dan berpidato ini.
Kini dia sudah menjadi anggota DPR periode 2014-2019 dan duduk di Komisi X yang antara lain membidangi soal pendidikan. Bidang ini juga bukanlah hal baru baginya.
Sejak saat masih kuliah ayahnya pernah memintanya mengajar di SMP Pelita dan SMP PGRI Arjasari dari tahun 1988 sampai tahun 1998.
"Dan sampai sekarangpun saya masih aktif jadi mengajar di STIE Tridharma Bandung. Jadi ini bukan dunia baru untuk saja,” kata kang Dadang, begitu dia biasa disapa.(ss)