JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyatakan sinyalemen makar bersamaan dengan aksi umat Islam beberapa waktu lalu ditujukan untuk pendompleng, bukan kepada peserta unjuk rasa yang menuntut proses hukum terhadap Ahok.
"Saya tidak pernah sekalipun menuduh pengunjuk rasa dalam aksi tersebut makar," katanya saat menghadiri silaturahim dan sarapan pagi bersama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pengurus NU dari tingkat provinsi hingga kelurahan se-Jakarta di Gedung PBNU, Minggu (27/11/2016)
Menurut Tito, Polri menengarai ada kelompok-kelompok pendompleng yang membawa agenda sendiri pada saat demo 4 November, di luar tuntutan dugaan penistaan agama oleh Ahok, seperti pendirian khilafah, menggulingkan presiden sah.
Bahkan, lanjutnya, ditengarai ada kelompok yang ingin membuat teror dan kekacauan sehingga pihaknya saat itu juga menyiagakan Densus 88 untuk mengantisipasi kejadian-kejadian tak diinginkan.
Hal itu, kata dia, juga sudah dikomunikasikan dengan pemimpin Gerakan Pengawal Fatwa MUI selaku penanggung jawab aksi, di antaranya Rizieq Shihab.
Tito pun menolak anggapan bahwa dia tidak mengizinkan orang berunjuk rasa, termasuk terkait rencana aksi 2 Desember. Namun, ia mengimbau agar aksi tidak dilakukan di jalan protokol yang bisa merugikan orang lain.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam pidatonya mengatakan hari-hari ini Bangsa Indonesia sedang menghadapi banyak hal yang di permukaan tampak sebagai kebenaran, namun hakikatnya belum tentu demikian.
Begitu banyak kebenaran diucapkan, tapi yang dikehendaki sesungguhnya adalah kebatilan, kata Said Aqil di hadapan ratusan orang yang hadir di acara itu.
"Betapa banyak orang mengaku dan mengatasnamakan Islam, namun kita justru melihat adanya gejala ismun bi laa musammaa, yakni gejala adanya perbedaaan antara nama dan yang dinamai. Simbol memang penting, tapi perjuangan yang hanya bersifat simbolik jelas menyesatkan," katanya.
Sementara itu Sekjen PSNU Pagar Nusa M Nabil Harun selaku panitia membantah acara itu digelar sebagai persiapan menghadapi rencana aksi umat Islam 2 Desember.
Menurut dia, acara itu digelar sebagai ajang silaturahim dan komunikasi PBNU dengan pengurus di tingkat akar rumput yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.
"Acara sejenis juga akan dilaksanakan di daerah lain. Ini memang baru pertama kali digelar," katanya. (icl/Antara)