Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Selasa, 06 Des 2016 - 08:26:40 WIB
Bagikan Berita ini :

Ilusi Ahok

61images.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa)

Selain menciptakan ilusi kemajuan, di saat bersamaan, Ahok memproduksi kebingungan (confusion), kesalahan persepsi, inefisiensi dan demoralisasi. In short, Ahok membiakan ilusi relatif superioritas.

"Pembangunan" ala Ahok hanya berkutat pada dimensi materil (infrastruktur). Thus, bersifat parsial. Pengikutnya mengira this is the best.

Ahok sendiri tidak sadar bahwa manuvernya selama ini bertumpu pada tiga konsepsi. Tampak modern, namun nyatanya sudah dianggap kuno, ketinggalan zaman, ngaco dan dicampakan ke dalam tong sampah peradaban.

Ketiga landasan berpikir tersebut adalah konsepsi Newtonian, Superiority of genetic make-up over life, Darwinian Theory (Survival of the fittest).

Newtonian hanya tau dimensi materi. Sifatnya menjadi sangat mekanik dan kaku. Serupa dan sebangun dengan Marxisme. Sekalipun Marx mencoba men-dialektis-kan materialisme, namun tetap saja dia masuk domain "all that mater is matter".

Sekarang Newtonian dianggap sudah tidak relevan, obscure dan obsolete. Quantum Physics mengganti pola mekanisasi materi. Pasca Einstein, diketahui bahwa energy adalah faktor fundamental. Relasi "mind over matters" diakui lebih benar. Seperti kata Lord Budha, the mind is the leading principle.

Tidak ada indikasi Ahok memahami hal macam begini. Dia cuma ngerti gusur, caci-maki dan gusur lagi. Faktor supra lain, I don't care.

Konsep "Superioritas Genetik" menjelma dalam beberapa fenomena verbal Ahok. Dia bilang orang miskin jangan belagu. Berbagai caci-maki terhadap orang miskin sempat keluar dari mulut Ahok. Seakan miskin ya sudah nasib mereka. Tidak bisa diubah. Sebaiknya dieliminasi. Ditangkar dalam ghetto bernama "Rumah Susun."

Sekali lagi, "Superioritas Genetik" sudah dinilai old fashion. Sekarang berlaku konsep "Epigenetic" (over genetic). Konsepsi ini membuktikan bahwa faktor external seperti "pikiran", cara hidup dan environmental mempengaruhi kode genetik. Artinya, kemiskinan itu bukan akibat hukum besi nasib. Namun lebih disebabkan faktor-faktor external yang menyebabkan mereka miskin. Salah satunya adalah kebijakan pemerintah yang berpihak dan mengakomodir golongan kaya justru lebih memiskinkan orang-orang yang digusur Ahok.

Tiadanya policy Ahok mensejahterakan orang miskin menandaskan konsepsi Darwinian yang dia adobsi.

Ahok membiarkan free competition dan membuka lebih banyak cela agar si kaya lebih kaya, dan si miskin lebih miskin. Ini bagian dari ekspresi teori The Survival of The Fittest (strongest).

Teori ini tidak memungkinkan si lemah (orang miskin) untuk meraih mimpi sejahtera, bahkan untuk survive pun sukar.

Padahal, evolusi manusia didasari spirit interdependent dan cooperative antar semua komponen: alam, tanaman, ekosistem, hewan dan manusia. Ini disebut "wholism", konsep yang menggantikan Teori Darwinian.

Ahok mungkin muncul sebagai ekspresi pluralisme Indonesia, secara materiil. Namun nyatanya, dia memicu disharmoni sosial. Ulahnya memicu aksi besar 411 dan 212. Pengikutnya merajalela menebar energi negatif di sosmed. Ketegangan dan caci-maki adalah prestasi mereka.

Di tangan Ahok dan pendukungnya, Kebhinekaan Indonesia is at risk.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
IDUL FITRI 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
IDUL FITRI 2025 WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2025 HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2025 HERMAN KHAERON
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Candu Kekuasaan dan Lenyapnya Jati Diri Pemimpin

Oleh Ariady Achmad
pada hari Jumat, 18 Apr 2025
JAKARTA, TEROPONGSENAYAN.COM - Kekuasaan, pada hakikatnya, adalah amanah. Namun sejarah dunia berulang kali menunjukkan bahwa kekuasaan juga bisa menjelma menjadi candu—menggiurkan, memabukkan, ...
Opini

Menimbang Dampak Kesepakatan Tarif Impor dengan Amerika Serikat terhadap Perekonomian Indonesia

JAKARTA, TEROPONGSENAYAN.COM - Dalam upaya mempererat hubungan ekonomi antara Indonesia dan Amerika Serikat, kesepakatan negosiasi tarif impor baru yang melibatkan peningkatan jumlah impor barang ...