Opini
Oleh Djoko Edhi Abdurrahman (Mantan Anggota Komisi Hukum DPR dan Wakil Sekretaris Pemimpin Pusat Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama, PBNU) pada hari Jumat, 05 Mei 2017 - 15:20:50 WIB
Bagikan Berita ini :

Justru Pribumi Ketakutan, Jawaban Untuk Yusri Usman

28SAVE_20160822_125409.jpg
Djoko Edhi Abdurrahman (Mantan Anggota Komisi Hukum DPR dan Wakil Sekretaris Pemimpin Pusat Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama, PBNU) (Sumber foto : Istimewa )

Terbalik, Yusri Usman menyebut "minoritas takut". Di Indonesia, Cina menguasai 80% lebih ekonomi nasional. Sebentar lagi Cina menguasai politik nasional.

Yang ketakutan justru pribumi, yang Islam. Cina mah sangat berani, bahkan panggil Gubernur NTB si Tiko (tikus got kotor). Nine Swords menguasai preman, polisi, tentara dan birokrat.

Bahkan taypan yang menentukan Jokowi jadi presiden atau tidak. Ahok malah boleh ngamuk-ngamuk sambil teriak maling dan taik di televisi. Pribumi mana berani begitu. Takutlah. Cina berani. Jadi keliru berat kalau minoritas dimaksud takut.

Tak ada asumsi itu. Kalau pribumi bikin ulah, tak bisa kabur ke mana-mana. Kalau Cina, bisa kabur ke Tiongkok kapan saja berikut dengan hukum Ius Sanguinisnya. Bahkan pemerintahan Xi Jinping telah membuat UU Proteksi China Overseas tahun lalu untuk melindungi hoaqiau.

Tak ada data ketakutan yang dimaksud Yusri Usman. Setidaknya, tak saya temukan.

Pribumi Islam memang menang jumlah. Tapi kere, pecah belah, saling mengkhianati demi fasilitas dari Cina.

Tokoh-tokohnya dikasi makan Cina. Anak mudanya, tak ideologis. Orientasinya duit, perut, hedon, borju, dan short cut. Dikasih makan Cina lagi.

Di mananya data yg menyebut minoritas takut? Tak ada. Rang Ngarang kata orang Madura.

Saat ini, statistik Kompas menunjukkan jumlah hoaqiau di Indonesia 7.900.000 tahun 2009.

Hasil survei nasional BPS tahun 2014, jumlahnya meningkat menjadi 12 juta lebih. Sebanyak 2 juta lebih di Jakarta. Makanya jika ditambah hunian 1.860.000 Pulau Reklamasi Pulau G doang, sekurangnya bertambah 2 juta orang, menjadi 4 juta hoaqoau di Jakarta.

Konsekwensi logisnya tiap pilkada DKI Jakarta, niscaya dimenangkan Cina sampai akhir zaman, seperti Singapore. Apalagi Xi Jinping sudah pasang planning OBOR (one belt one road one china - satu sabuk satu jalan satu Cina). Neocortex warfare dan proxynya sudah siap.

Paradoks menurut saya memasang peran NU untuk mendukung Cina mengambil alih Jakarta, lebih jauh Indonesia, tapi dengan jargon NKRI.

Apanya yang NKRI, wong negaranya diserahkan kepada Cina. Paradoksal. Di mana hubbul wathon minal iman-nya? Hoax!

Pribumi yang mayoritas itu kini ketakutan dari kooptasi Cina. Tanah pertanian 78% manurut MS Ka'ban dikuasai Cina. Seluas 74% tanah produktif Jakarta dikuasai Cina dalam bentuk hak milik.

Sebanyak 80% lebih sektor keuangan menurut Salamudin Daeng, dikuasai Cina. Asset 4 orang Taipan sama dengan asset 100 juta penduduk Indonesia, kata Prabowo Subianto dalam "Paradoxs Indonesia", 2017.

Mengerikan neo imperialisme itu. Lebih hebat daripada VOC. Kalau takut mati, itu tak ada masalah. Semua orang pasti mati takut atau tidak, dan maut adalah hak tiap orang. Melainkan takut dijajah. Itu subtansi.

Teror terhadap pribumi islam dari Cina sangat luar biasa. Dituduh radikal, ditembaki sniper, dikriminalisasi, dinyatakan anti Pancasila, intoleran, tidak bhinneka tunggal ika, et cetera yang terbit dua tahun belakangan.

Sori Bro, saya tak melihat data yang disebut "minoritas ketakutan". Tapi sebaliknya.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Memperkuat Harmoni Sosial dan Stabilitas Nasional : Tantangan dan Strategi Pemerintah Prabowo Subianto

Oleh Ariady Achmad (Aktivis Senior)
pada hari Senin, 18 Nov 2024
Lima tahun ke depan akan menjadi periode yang menentukan bagi pemerintahan Prabowo Subianto. Sebagai seorang pemimpin yang dikenal tegas dan berkarisma, Prabowo dihadapkan pada harapan besar dari ...
Opini

Said Didu(ga)

Ada ironi besar di tengah gegap gempita pembangunan mega proyek nasional: di balik megahnya proyek-proyek ini, rakyat kecil terus menjerit meminta keadilan. Salah satu episodenya yang terkini adalah ...