Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Selasa, 31 Okt 2017 - 19:05:44 WIB
Bagikan Berita ini :

Rapat Pertama Pemda

89IMG_20171020_103002.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa )

Subuh 31 Oktober 2017, Madame Maya Suharnoko ngirim link video rapat pertama Pemda. Alas, semua mudslinging, condemnation, insult, 14 fitnah dalam 14 hari yang dimainkan Kaum IQ 1-digit memperkosa fokus saya. Jadi lupa mengamati rapat perdana gubernur baru.

Anies-Sandi duet dengan Sekda Saefullah pimpin rapat. Dihadiri walikota dan kepala-kepala dinas. Mereka keliatan sangat tenang dan disiplin. Segera mencatat arahan-arahan dari Anies-Sandi. Ngga ada ketegangan. Jernih. Fokus. Terarah. Anies-Sandi memang hebat.

Beda jauh dengan rapat-rapat Ahok. Semua orang tegang. Mata Ahok nyalang. Seperti kucing hendak terkam mangsa. Gaya Ahok: one man show. Jarot ngga berfungsi. Bikin banyak birokrat gelisah. Gelisah, bukan takut dibongkar dosanya, tapi gelisah karena takut ngga ngerti omongan Ahok. Semua orang tampak menyiapkan diri jadi korban unexpected verbal abused Ahok. Insane banget. Rapat Pemda jadi catastrophic event. Disaster.

Di situ kelebihan Ahok daripada Anies: Too much words. Banyak omong. Banyak gaya. Pake gebrak meja segala. Saking banyak kata-kata yang disemburkan, setiap kali saya nonton videonya, saya selalu bingung: "Ngomong apa sih Koh Ahok?!"

Dalam 1 jam rapat, saya catat Anies bikin tertawa kecil dua kali. Tapi ngga ngelantur. Rapat tetap terarah.

Giliran Ahok guyon, dia malah jadi sinis. Ga lucu. Dia nyindir-nyindir. Gunakan Surah Al Maidah dan password kafir. Cuma Jarot yang tertawa. Alih-alih bikin cair suasana, dia malah dilaporkan ke polisi. Kacau banget Koh Ahok ini.

Ahok-Jarot dan Anies-Sandi beda secara diametris. Body language, gesture, kosa kata, intonasi dan konten. Mengutip apa kata Jane Austen dalam Novel "Pride and Prejudice" (1813): This is the diferrence between the superficial and the essential.

Ahok menjadi rapat Pemda jadi drama stage. Sebuah panggung tempat dia mempertontonkan megalomaniac disease, narsistic behavior, dan arogansi.

Anies-Sandi mengembalikan kultur dan etika organis Pemda. Fokus pada big data analysis, kinerja, pencapaian target delta, problem shooting dan keberpihakan pada warga miskin.

Instead of ngomong soal dapet rumah dan makan di sorga, Anies beri arahan agar lahan-lahan kosong aset pemda dan tanah dalam sengketa bisa digunakan sebagai fasilitas umum atau dijadikan taman sementara untuk anak bermain.

Daripada bluffing dan sok ngajarin SKPD soal "iman", Anies beri solusi kepada Walikota Jakarta Utara menghadapi SRMI (Serikat Rakyat Miskin Indonesia).

Dalam laporannya, Walikota Utara mencerita soal rembug yang gagal. SRMI dikatakan ditolak warga Rusun Marunda. Tapi ngotot hendak membela kepentingan rakyat seperti membebaskan tenant rumah susun dari iuran dan pinalti.

Anies kasi framework menyertakan 4 komponen dalam setiap dialog dengan warga. Mereka adalah warga, pemda, fasilitator dan pakar (bukan analis).

Keberpihakan Anies-Sandi kepada masyarakat semakin jelas ketika Walikota Timur minta arahan soal eksekusi penertiban lingkungan. Ini bahasa keren yang bisa berarti gusuran dan pemberantasan K-5.

Anies ngga langsung beri instruksi "Go Ahead". Tapi dia minta rapat khusus setengah kamar membahas soal itu. Dia ingin dapet detail dan mengadakan dialog dengan warga sebagai kongkritisasi program partisipasi warga dalam menentukan arah pembangunan Jakarta.

Lastly, Anies-Sandi memperlihatkan kelasnya tersendiri dibanding Ahok-Jarot. Benar kata Bu Maya, mereka beda kelas.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Badai Kecil Golkar dan Bahlil yang Jumawa

Oleh Ariady Achmad (Politisi Senior Partai Golkar, Mantan Anggota DPR RI dan Sahabat Dekat Gus Dur
pada hari Kamis, 14 Nov 2024
Golkar adalah partai politik yang memiliki jejak panjang dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Jatuh bangun, pahit getir telah dilalui sehingga menjadi salah satu partai politik yang matang dan ...
Opini

Prabowo dan Dilema yang Tidak Mudah Diselesaikan

Prabowo Subianto berada di persimpangan jalan yang kompleks dalam hubungannya dengan Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming. Kedua figur ini, terutama Gibran yang dikenal dengan julukan Fufufafa, ...