JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Beberapa pekan terakhir, demontrasi dari daerah hingga ibu kota berdentum. Mereka satu suara, turunkan Joko Widodo dari kursi Presiden RI.
Bahkan tak sedikit dari mahasiswa yang sudah bertekad untuk menumbangkan Jokowi di tengah jalan. Di antara ancaman yang paling besar adalah demonstrasi besar-besaran yang akan digelar ribuan aktivis pada 20 Mei 2015. Mereka berjanji akan mengepung Istana Presiden untuk menurunkan Jokowi.
Akankah semua itu terjadi?
Bila berkaca pada sejarah, republik ini sudah “terbiasa” menurunkan pemimpinnya di tengah jalan. Mulai dari Soekarno, Soeharto, hingga Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Boleh dibilang, mereka merupakan pemimpin-pemimpin besar negeri ini yang ‘relatif’ berprestasi. Kendati demikian, pada akhirnya mereka dilumpuhkan oleh gerakan mahasiswa.
Barangkali, dari tiga nama di atas, hanya Gus Dur yang kejatuhannya tidak secara besar-besaran ‘dikawal’ oleh gerakan mahasiswa. Sementara Soekarno dan Soeharto, banyak dimotori gerakan mahasiswa.
Meskipun, tentu penyebab kejatuhan tiga pemimpin tersebut tidak tunggal, alias jugakarenafaktor lainnya, seperti harga yang melambung tinggi, krisis moneter, harga rupiah yang anjlok, hingga instabilitas politik nasional. Bahkan ada pula yang menyebutkan di balik kejatuhan Soeharto ada campur tangan IMF dan Amerika Serikat, seperti diungkapkanProf. Steve Hanke, penasehat ekonomi Soeharto dan ahli masalah Dewan Mata Uang atau Currency Board System (CBS) dari Amerika Serikat.
Lalu bagaimana dengan Jokowi, apakah akan bernasib seperti mereka? Selain kinerja Jokowi, yang pasti, waktu yang akan menjawabnya. (Bersambung)