Opini
Oleh ; Nasruddin Djoha (Pemerhati Ruang Publik) pada hari Minggu, 13 Jan 2019 - 13:18:29 WIB
Bagikan Berita ini :

JK 'Menampar Muka' Jokowi?

6120141027_160447_presiden-jokowi-pimpin-sidang-kabinet-kerja-perdana.jpg.jpg
Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla memimpin sidang Kabinet Kerja di Kantor Presiden, Jakarta. (Sumber foto : Ist)

JK uring-uringan, marah luar biasa. Sebabnya, anggaran Projek LRT JABODEBEK berbiaya 500 M per KM. Padahal, Projek LRT kan termasuk Projek mercusuarnya Jokowi ? Infrastruktur kebanggaan Jokowi. Kok JK berani 'menampar muka' Jokowi ?

Jangankan JK yang pedagang, anak lulusan SD pun bisa menghitung. Masak per KM, biayanya 500 M. Jangan-jangan harga kuli tukangnya sehari dibayar 10 juta/orang ? Sehingga nilai Projek per KM 500 M.

Sedari awal sudah banyak yang mempersoalkan Projek infrastruktur Jokowi. Tapi, bawaannya orang dituduh suudzan. Dianggap karena tendensius pada Jokowi. Tapi ini yang ngomong JK loh, apa JK yang keliru ?

Kalo sudah gini pasti ada yang salah, antara JK atau Jokowi, bisa juga keduanya. Karena JK itu kan wakil Jokowi. Tidak mungkin benar semuanya.

Duit 500 M itu duit guede banget, duit dari hasil pajak memeras keringat rakyat. Masak cuma mau buat bancakan pemain Projek ? Setor ke siapa saja itu Projek hingga biayanya seperti gajah bengkak ?

Kalo diteliti benar juga omongan JK. Buat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol? Itu memang dibawah elevated ada yang lalu lalang ? Apa biar tampak gagah, keretanya ada diatas awan ? Klo nempel tanah kan kesannya cuma kayak cacing bergeliat.

Siapa konsultan yang memimpin ini, sehingga biayanya Rp 500 miliar per kilometer? Kapan kembalinya kalau dihitungnya seperti itu? Hayo ? Itu pertanyaan JK perlu dijawab. Menurut saya, dijawab BPK saja biar muncul angka kerugian negaranya, biar diciduk semua yang terlibat !

Tapi aneh juga, kenapa JK baru menyanyi sekarang ? Apakah dulu tidak tahu ? Mustahil. Apakah ini terkait deal yang tidak deal ? Bisa juga. Apakah ada hubungannya dengan Pilpres ? Sangat erat. Lantas, apakah ini berarti JK 'menampar muka'Jokowi ? Silahkan tafsirkan.

Menurut saya, agar tidak muncul Su'udz Dzan, Projek LRT ini wajib segera diaudit BPK. Hasilnya, segera tindak lanjuti KPK. Mending Projek batal, Sebab jika diteruskan akan membuat duit negara nyungsep. Ini masih bisa dikurangi nilai kerugiannya dengan dibatalkan saja.

Aneh, bangun LRT di JABODEBEK padahal moda transportasi dan infrastruktur yang lain masih sangat memadai. Di daerah, orang masih banyak yang pake jalan berlumpur. Ini mirip manajemen sodagar Bogor, biar tekor asal kesohor.

Ayolah Pak Jokowi bicara, mungkin Pak JK terlalu lelah sehingga ikut ngelindur mengkritik Projek andalan Pak Jokowi. Bukankah Projek ini penting bagi citra dan elektabilitas Pak Jokowi ? (*)

*sumber: gelora.co

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #jokowi  #jusuf-kalla  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Populisme Jokowi dan Runtuhnya Demokrasi

Oleh Lukas Luwarso (Antusiasawan Sains)
pada hari Senin, 25 Nov 2024
Demokrasi runtuh bukan karena munculnya orang kuat dan kharismatik, melainkan karena keroposnya struktur etika-masyarakat, spesifik aparat pemerintahan, yang menopangnya.  Miskonsepsi ...
Opini

Alasan Anies

Siapa yang menyangka, panggung politik Indonesia kembali menyuguhkan lakon komedi penuh intrik di Pilkada Jakarta 2024? Dari Megawati yang dulu melontarkan ucapan pedas ke Anies Baswedan, ...