Opini
Oleh Tardjono Abu Muas (Pemerhati Masalah Sosial) pada hari Kamis, 19 Des 2019 - 08:38:34 WIB
Bagikan Berita ini :

Fenomena Si Raja Assist Mezut Ozil

tscom_news_photo_1576719514.jpeg
Mezut Ozil (Sumber foto : ist)

Di dunia sepak bola kita kenal istilah Assist yang dalam Wikipedia disebut “umpan gol” (bahasa inggris:Assist) adalah pengalihan bola terakhir sebelum disambut tendangan atau sundulan yang menjadi gol pada sebuah laga sepak bola.

Berbicara tentang Assist atau juru umpan terbaik di jagad sepak bola dunia tentu kita tak dapat begitu saja menafikan kehadiran sosok Mezut Ozil (32) Si Raja Assist. Jelang berakhirnya tahun 2019 ini, Si Raja Assist Mezut Ozil membuat Assist yang indah bukan di lapangan hijau, tapi Assist atau umpan terbaiknya di ranah kehidupan sosial.

Lewat cuitan twitternya, Ozil memberikan Assist terbaiknya bagi muslim dunia untuk membongkar kezaliman pemerintahan China terhadap muslim Uighur. Pertanyaannya, siapkah muslim dunia menerima umpan terbaik dari Ozil untuk menghentikan kekejaman pemerintah China terhadap muslim Uighur?

Ozil tentu sudah berhitung tentang risiko yang akan dihadapi setelah cuitan twitternya menjadi viral di media sosial. Sepertinya Ozil terinspirasi atau meneladani prinsip hidup salah seorang Sahabat Nabi SAW, Abu Dzar Al Ghifari Ra yang memiliki prinsip bahwa: “Kebenaran itu tidak boleh bisu, kebenaran yang bisu bukanlah sebuah kebenaran”. Bagi Abu Dzar, kebenaran yang bisu bukanlah kebenaran, kebenaran itu harus terungkap walaupun untuk mengungkapkan kebenaran itu beliau harus menebusnya dengan nyawa sekalipun.

Si Raja Assist Ozil rupanya sedang memberikan sebuah pelajaran berharga bagi kita yang mengaku dirinya muslim. Ozil tahu betul bahwa profesi kesehariannya mengocek si kulit bundar di lapangan hijau, tapi dia sadar betul bahwa dirinya sebagai seorang muslim. Sepertiinya Ozil ingin mengatakan kepada kita, “saya memang pemain sepak bola profesional tapi khan saya muslim sehingga jika ada saudara sesama muslim di belahan dunia mana pun teraniaya maka saya harus membelanya. Ozil tidak mau bersikap sebaliknya, saya muslim tapi khan saya pemain sepak bola, sehingga jika sikap terbalik ini yang dipeliharanya maka Ozil akan masa bodoh terhadap nasib saudara sesama muslim.

Pertanyaannya, sudahkah kita menangkap sinyal-sinyal Assist terbaik dari Ozil di ranah kehidupan sosial terlebih kepada penentu kebijakan negeri ini yang mengklaim negerinya dihuni warga muslim terbesar dunia? Jangan-jangan para penentu kebijakan negeri ini pola pikirnya terbalik, benar saya muslim tapi khan saya pejabat? Jika pola pikir ini yang dipelihara oleh kebanyakan para pejabat negeri ini, maka jangan terlalu berharap akan ada pembelaan terhadap muslim Uighur.

Semoga Fenomena Si Raja Assist Mezut Ozil yang telah memberikan umpan terbaiknya berupa cuitan twitternya dapat membuka mata hati kita untuk peduli sekaligus membela nasib muslim Uighur yang sedang ditindas pemerintah China, terlepas masih membisunya pemerintah kita atas dugaan pelanggaran HAM oleh pemerintah China terhadap muslim Uighur

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #umat-muslim  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
IDUL FITRI 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
IDUL FITRI 2025 WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2025 HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2025 HERMAN KHAERON
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Peran Intelijen Di Negeri Sendiri Sebagai Problem Solving Bukan Problem Taking

Oleh Sri Radjasa
pada hari Rabu, 02 Apr 2025
Era orde baru meninggalkan legacy intelijen, dengan stigma sebagai alat represif penguasa terhadap kelompok oposisi dan menyebar teror untuk menciptakan rasa takut publik. Kekuasaan orde baru, telah ...
Opini

Disabilitas Menteri atau Menteri Disabilitas

Indonesia masih sering memandang curriculum vitae sebagai simbol status sosial, bukan sebagai rekam jejak kompetensi. Banyak pejabat yang ingin menjabat kembali demi membangun citra sebagai tokoh ...