JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Setelah kelompok Taliban menguasai Afghanistan, ada perbedaan sikap antara Amerika, Rusia dan China. Ketiga negara ini berkepentingan dengan Afghanistan tetapi menggunakan cara yang berbeda dalam menghadapi situasi terbaru di sana.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan keputusan penarikan tentara yang ia lakukan adalah benar. Ia menyalahkan pemimpin politik Afghanistan atas kekacauan yang terjadi, termasuk jatuhnya Kabul ke tangan Taliban. Apalagi dengan larinya para pemimpin politik dari negara itu dengan keengganan tentara pemerintah memerangi kelompok Taliban. "Saya berdiri tegak pada apa yang telah saya putuskan," kata Biden dalam pidatonya di Gedung Putih.
"Setelah 20 tahun saya belajar dengan cara sulit, bahwa tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menarik pasukan AS. Itu sebabnya kami masih berada di sana."
"Para pemimpin politik Afghanistan menyerah dan melarikan diri dari negara itu. Militer Afghanistan menyerah, tanpa berusaha untuk melawan."
"Tentara Amerika tidak akan berperang dan mati untuk Afganistan yang tidak mau berperang untuk mereka sendiri," katanya.
AS masuk ke Afghanistan pasca serangan 9 September 2001 yang dilakukan Al-Qaeda yang terkait dengan Taliban saat itu di New York dan Washington. Biden sendiri sudah bertekad menarik semua pasukan AS 31 Agustus nanti.
Sementara itu, China dan Rusia kini meningkatkan kontak dengan Taliban pasca mundurnya AS. Rusia tetap membuka kedutaan di Kabul dan merencanakan diskusi lebih lanjut dengan Taliban.
"Tidak ada rencana evakuasi. Kami berhubungan langsung dengan duta besar Moskow di Kabul dan pegawai kedutaan Rusia terus bekerja dengan tenang," ucap Direktur dari Departemen Asia Kementerian Luar Negeri Rusia, Zamir Kabulov dikutip Tass.
Moskow dilaporkan berharap untuk membangun hubungan persahabatan antara Moskow dan kepemimpinan baru Afghanistan.
Sementara China, sudah lebih maju membuka komunikasi dengan Taliban sejak 28 Juli. Bahkan pertemuan dua hari sudah dilakukan di kota Tianjin melibatkan Sembilan wakil Taliban dan Menteri Luar Negeri Wang Yi.
Mengutip South China Morning Post (SCMP), China menganggap bahwa mereka masih memiliki kepentingan besar di sana. "Kedutaan China telah meminta berbagai faksi di Afghanistan untuk memastikan keamanan negara-negara China, institusi China dan kepentingan China," ujar kedutaan China di Kabul.