Oleh M. Said Didu pada hari Senin, 06 Jan 2025 - 15:12:01 WIB
Bagikan Berita ini :

Indikasi Korupsi di Sektor Infrastruktur Pertanian Era Jokowi

tscom_news_photo_1736151121.jpg
(Sumber foto : )

Sektor pertanian merupakan salah satu pilar penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam dua periode kepemimpinannya, Presiden Joko Widodo mencanangkan berbagai program pembangunan infrastruktur pertanian yang ambisius, seperti pembangunan irigasi baru, pencetakan sawah baru, pembangunan bendungan, hingga program food estate. Namun, fakta di lapangan menunjukkan hasil yang jauh dari harapan, bahkan memunculkan indikasi adanya korupsi dalam pelaksanaan program tersebut.

Realisasi Program Infrastruktur Pertanian

Berdasarkan data resmi, pemerintah telah melaksanakan sejumlah program besar:

1.Irigasi baru: Dibangun untuk mengairi 1,1 juta hektare sawah.


2. Cetak sawah baru: Menargetkan 500.000 hektare lahan sawah.


3. Pembangunan bendungan: Sebanyak 50 bendungan baru diresmikan.


4.Food estate: Proyek lahan pangan terintegrasi untuk meningkatkan ketahanan pangan.


5. Distribusi alat dan mesin pertanian (Alsintan): Dibagikan kepada petani guna meningkatkan produktivitas.

Ironi Hasil Pembangunan

Meski program tersebut terkesan monumental, data menunjukkan hasil yang kontradiktif:

1.Produksi padi menurun sekitar 20% dibandingkan periode sebelumnya.


2.Impor beras melonjak secara signifikan, meski pemerintah mengklaim swasembada pangan.


3. Kesejahteraan petani menurun, tercermin dari rendahnya nilai tukar petani (NTP).

Indikasi Korupsi

Penurunan produksi pangan dan kesejahteraan petani yang kontras dengan besarnya anggaran pembangunan infrastruktur pertanian memunculkan pertanyaan besar: apakah ada penyimpangan dalam pelaksanaan program? Indikasi korupsi dapat ditemukan melalui:

1.Kualitas proyek yang buruk: Bendungan atau irigasi yang tidak berfungsi optimal.


2.Mark-up anggaran: Biaya pembangunan yang tidak sesuai dengan hasil di lapangan.


3.Distribusi Alsintan yang tidak tepat sasaran: Banyak laporan alat pertanian mangkrak atau tidak digunakan.


4.Proyek food estate yang gagal: Banyak lahan food estate terbengkalai tanpa hasil yang signifikan.

Analisis dan Catatan Penting

Korupsi di sektor infrastruktur pertanian memiliki dampak yang luas:

Kerugian negara: Uang rakyat yang dialokasikan untuk pembangunan terbuang sia-sia.

Kerugian petani: Ketergantungan pada impor pangan dan menurunnya produktivitas merugikan petani kecil.

Ketahanan pangan terancam: Gagalnya program ketahanan pangan membuka peluang ketergantungan pada negara lain.


Tuntutan Transparansi dan Akuntabilitas

Sebagai negara agraris, Indonesia tidak bisa mengabaikan masalah ini. Pemerintah perlu menjelaskan alasan kegagalan program dan membuka hasil audit proyek infrastruktur pertanian. Penegak hukum juga harus proaktif menyelidiki dugaan korupsi ini, mengingat dampaknya yang sangat merugikan rakyat.

Kesimpulan

Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur pertanian di era Jokowi tidak hanya gagal mencapai tujuan, tetapi juga mengindikasikan adanya praktik korupsi. Jika pemerintah serius ingin memperbaiki sektor pertanian, transparansi, akuntabilitas, dan pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas utama.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

BUZZER GUNAWAN (BG)

Oleh M. Rizal Fadillah
pada hari Senin, 06 Jan 2025
Berita di berbagai media mengungkap pembelaaan Jenderal Pol Purn Budi Gunawan Menkopolkam atas rilis OCCRP yang menempatkan Joko Widodo sebagai finalis person terkorup dunia 2024. Ia menyatakan bahwa ...
Opini

Angsa Hitam di Pemilu 2029

Tahun 2025 baru saja bergulir ketika Mahkamah Konstitusi (MK) memberikan kado yang memantik histeria politik: penghapusan ambang batas 20 persen untuk pencalonan presiden dan wakil presiden. Putusan ...