JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Cara paling mudah untuk merusak keutuhan sebuah bangsa adalah melalui isu konflik agama. Oleh karenanya, dalam melihat kasus keusuhan Tolikora, Papua, semua pihak harus berusaha menahan diri untuk tidak larut dalam suasana emosional yang justu bisa mendorong terjadinya konflik bekepanjangan yang dilapisi balas dendam.
“Kasus Tolikora harus menjadi pelajaran bab terakhir bagi bangsa Indonesia dalam urusan kerusuhan berbasis agama. Karenanya tidak boleh terulang lagi,” kata anggota MPR RI, Anas Thahir kepada TeropongSenayan, di Jakarta, Rabu (29/7/2015).
Anas yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PPP ini menjelaskan bahwa di samping soal-soal ke-Tuhanan, pesan terpenting dari hadirnya agama apapun adalah perdamaian, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
Agama kata dia, juga harus dipahami secara utuh dan universal. Jika agama tidak dipahami secara utuh dan hanya sepotong-sepotong, pesan penting agama bisa diselewengkan maknanya oleh pemeluknya menjadi alat pembenar bagi pelaku tindak kekerasan, sehingga yang terjadi agama justru menjadi pemicu permusuhan yang justru betentangan dengan inti ajaran agama itu sendiri.
“Tidak ada alasan bagi siapapun untuk menggunakan agama sebagai penyebab kerusuhan. Lebih-lebih agama Islam, karena Islam itu sendiri bemakna keselamatan,” tegasnya.
“NKRI adalah harga mati. Karenanya kita semua harus turut betanggungjawab untuk mengawal keutuhan NKRI tanpa toleransi."
Peristiwa pembakaran tempat ibadah yang dilakukan komunitas non-Muslim di Tolikora dinilai Anas sebagai dampak sikap aparat yang abai tehadap persoalan intoleransi yang sudah lama muncul.
"Inilah sebabnya jika masalah intoleransi tidak segera dituntaskan, dampak buruknya akan berkelanjutan di masa-masa mendatang," ujarnya.
Anas juga mengingatkan insiden ini adalah bentuk nyata pelecehan terhadap nilai-nilai Pancasila.
Oleh karena itu, lanjut Anas, aparat harus betindak cepat dan tegas, dengan menindak pelaku pembakaran sesuai prosedur hukum.
"Insiden ini sudah masuk ke wilayah yang sangat sensitif, menyangkut perbedaan keyakinan, jika peristiwa ini tidak segera diselesaikan, pada gilirannya bisa mengancam keutuhan NKRI," tukasnya.
Anas berharap ke depan pemerintah dan aparat lebih peka terhadap persoalan sensitif yang menyangkut perbedaan keyakinan. (iy)