Dalam pengertian yang umum, sesungguhnya semua manusia adalah pedagang, dan 'perdagangan dengan Tuhan adalah perniagaan yang tidak akan pernah merugi'.
Kita hanya dibolehkan mengecam perbuatan buruk terutama yang menciderai kesalehan sosial (tidak 'mencampuri' yang individual yang tidak berkaitan dengan masalah sosial) karena itulah kita berhak bicara kritis tentang pejabat dan kebijakan publik mereka.
Kalau ada pelanggaran hukum dan etika maka ada pengadilan dan mahkamah untuk itu. Tetapi kita tidak bisa bahkan tidak boleh mengecam profesi yang dibenarkan secara etik dan legal, karena semua Nabi memiliki profesi yang berbeda beda.
Ada yang jadi panglima ketentaraan, ada yang teknolog dan pandai besi, ada yang kaya raya seperti Sulaiman as dan sekaligus sebagai Raja di Raja, ada yang penggembala kambing seperti Nabi Saleh as, ada pejuang keadilan seperti Musa as, ada yang ahli Hikmah non liner kwantum seperti Khidir as dll.
Kalau ada pedagang yang jadi pejabat, maka ada baiknya diumumkan pada publik, bahwa sejak menjadi pejabat maka semua kegiatan dalam hubungan dengan perdagangannya dihentikan.
Selain itu dia akan bertindak impersonal serta adil tanpa kaitan kepentingan pribadi dengan kepentingan usahanya yang dulu digelutinya atau usaha usaha apa saja yang lain yang menguntungkan dirinya dan merugikan kepentingan rakyat, bangsa dan negara.
Juga tidak memberikan perlakuan khusus kepada kroni dan keluarganya, agar rakyat menemukannya sebagai gantungan harapan dalam perlindungan dan pemecahan masalah mereka dalam membangun kehidupan. Pada saat itulah dia dituntut menjadi negarawan.
Tulisan tentang saudagar yang dikemukan Pak Wiwoho, sangat menyentuh nurani kerinduan kita akan perlu hadirnya para negarawan di negeri ini. Tentu dengan memberikan pemaknaan terhadap profesi saudagar dalam pengertian yang adil.
Pada waktu gerakan gerakan 77/78 berlangsung di UI, ada sebuah artikel menarik yang ditulis oleh seorang Doktor lulusan Australia, saya lupa namanya mungkin @Bunga ingat, yang kemudian oleh teman teman dijadikan buku kecil dan karena populernya dijadikan buku mini yang dijual oleh teman teman untuk dana perjuangan di Salemba.
Hasilnya lumayan untuk membeli nasi warteg pengganjal aksi aksi yang berlangsung hingga malam hari. Judulnya bila tidak salah 'Islam dan Kapitalisme'. Dan di dalam salah satu uraiannya ada kutipan Hadist Nabi : "Para pedagang yang jujur akan duduk bersama para Nabi di hari kemudian."
Dalam Islam, dalil seperti ini banyak sekali, begitu juga dalil yang mendukung nilai nilai sosialistis dan gerakan kerakyatan di luar kekuasaan. Sementara dalil tentang keutamaan teknolog yang zhuhud juga banyak.
Dalam tulisan tentang gerakan kemerdekaan India, diceritakan dalam buku tentang riwayat hidupnya Gandhi, bahwa Gandhi dulunya adalah seorang pengacara di Afrika Selatan. Melihat kepandaian berpidato serta gelora idealismenya Gandhi, para suadagar Muslim di Afrika Selatan menawarkan Gandhi untuk kembali ke India memperjuangkan kemerdekaan.
Gandhi ragu bisa meninggalkan profesinya dengan alasan dia miliki tanggung jawab dan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi melalui profesinya, dan sulit membayangkan tawaran tersebut bisa dilaksanakan apabila tidak lagi menjadi pengacara.
Para Saudagar Muslim kemudian mengumpulkan uang dan mendukung Gandhi kembali ke India memimpin gerakan kemerdekaan dan berhasil. Dalam konteks tersebut para pedagang dan saudagar bertindak altruistik, yakni kelebihan hasil usaha perdagangan digunakan untuk tujuan kemanusiaan. Jadi masalah yang kita hadapi sederhana, bahwa bila ada yang melanggar hukum maka harus diadili atau digugat dan atau diklarifikasi, tetapi bukan profesinya.
Karena semua profesi bisa disalahgunakan dan dicampuradukkan dengan kepentingan tidak mulia dalam kekuasaan, yang membuat rakyat kehilangan gantungan harapan atas pemecahan masalah mereka secara adil, bila mereka bukan anggota keluarga atau bagian dari group bisnis orang yang berkuasa.
Inilah yang kita rindukan, karena kalau tiap orang dari profesi yang melakukan kesalahan kita adili profesinya, dan singkirkan semua asal usul profesi dari pusat-pusat pertolongan sebagai pejabat, maka tidak akan ada pejabat yang miliki bukan hanya integritas tetapi juga keandalan profesionalitas dalam membangun sistem rancangan dan implementasi kebijakan.
Maka jadilah bangsa kita bergerak kearah kemerosotan mutunya, yang kita gelorakan hanya pengadilan bumi hangus, bukan promosi mutu kebijakan dan implementasi dari semua latar belakang profesi.
Jimmy Carter pengusaha kacang dan banyak yang lain, bahkan kerajaan Inggris yang dimuliakan itu bisa tegak karena perdagangan dikendalikan langsung oleh kerajaan.
Artinya ruang kesibukan yang dituntut bagi kita saat ini adalah bukan hanya gerakan dalam konteks hanya prevensi, mengadili ini dan itu, atau hanya promosi, tanpa memikirkan keadilan di dalamnya, tetapi kita ikuti nasehat sederhana PBB yakni lakukanlah dalam bingkai 'promotion and prevention'.
Hanya Tuhan yang Maha Mengetahui segala sesuatu.(*)
TeropongRakyat adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongRakyat menjadi tanggung jawab Penulis.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #saudagar #penguasa #sayuthi