JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Wakil Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR, Johnny G Plate menilai apa yang dilakukan Menteri BUMN Rini Soemarno dalam melakukan penandatanganan pinjaman Rp 43,28 triliun dari China, adalah hal normal dalam dunia perbankan.
Sebab, pinjaman tersebut dikucurkan langsung kepada ketiga Bank BUMN yakni BRI, BNI, dan Mandiri. Ini mengingat cara tersebut merupakan satu langkah antisipasi atas meroketnya dollar hingga mencapai Rp 14.476/USD.
"Itu hal normal dalam dunia perbankan, karena melihat fluktuasi ekonomi sekarang," kata Johnny kepada TeropongSenayan di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (22/9/2015).
Hanya saja, ia mengingatkan agar BUMN memikirkan juga hedging cost dari pinjaman itu. Jangan sampai bila nilai dollar sudah turun, BUMN tidak segera mengembalikan pinjaman tersebut.
"Yang dilihat itu hedging cost-nya, karena kenaikan dollar ini kan tidak setiap saat, maka perlu dipikirkan hedging-nya," jelasnya.
Hedging sendiri dipahami sebagaikegiatan yang dilakukan oleh seorang investor untuk mengurangi atau menghilangkan suatu sumber resiko. Hedgingbisa mengurangi resiko valas.
Seperti diketahui, pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebesar Rp 43,28 triliun tersebut bakal dikucurkan ketiga Bank BUMN yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Mandiri. Nantinya, masing-masing Bank akan menerima pinjaman sebanyak 1 Miliar USD dengan tenor selama 10 tahun. (iy)