JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI dari FPAN, Jhon Erizal mengatakan bahwa usulan RAPBN 2016 yang diajukan pemerintah belum realistis jika dilihat dari pencapaian pembangunan sebelumnya.
"Jadi, kalau kita lihat dan seperti kita ketahui dimana sebelumnya waktu APBNP sudah kita putuskan ada yang namanya target pembangunan disamping asumsi makro. Target pembangunan itu di antaranya, gini rasio harus turun dari 0,43 persen menjadi 0,40 persen.Nah kita lihat ini Desember, turun apa gak? Tapi, kalau lihat data statistik kemarin itu naik," ujarnyadi Nusantara II DPR RI Jakarta, Jumat (30/10/2015).
Namun lanjut dia, target pertumbuhan ekonomi yang diusulkan pemerintah sebesar 6 persen akan jauh lebih sulit direalisasikan, sehingga terjadi penurunan target sebagaimana terdapat dalam RUU APBN sekarang ini.
"Kemudian untuk 2016, target pertumbuhan usulan pemerintah 5,5 sampai 6 persen di pagu indikatif.Itu kita sepakati menjadi 5,3 persen. Ini sebenarnya kita anggap tidak realistis, tapi karena kesepakatan dan optimisme pemerintah, jadi harus kita dukung dan dorong itu. Kenapa tidak realistis? karena penerimaan negara seperti pajak sampai sekarang itu belum tercapai sampai 60 persen, sedangkan waktu dua bulan lagi, kalau menurut saya sih 5 persen saja sudah bagus," papar dia.
Lebih lanjut Jhon menyayangkan langkah pemerintah terkait hal tersebut yang dianggapnya agak terlambat.
"Ada kebijakan-kebijakan yang sebenarnya baik, tapi saya melihat impactnya, pertama terlambat dan impactnya juga tidak akan bisa mengejar waktu yang dua bulan ini. Misalnya adanya revaluasi aset, padahal sebenarnya itu bagus tapi terlambat. Kalau di awal-awal, padahal itu akan jauh lebih baik," pungkasnya. (iy)