Jakarta
Oleh M Anwar pada hari Sabtu, 25 Feb 2017 - 10:07:33 WIB
Bagikan Berita ini :

Mengapa Pemprov DKI Jakarta Gagal Atasi Banjir, Ini Analisa Ahli Tata Kota      

81IMG_20170221_124808.jpg
Anies Baswedan saat berbincang dengan warga di lokasi banjir di kawasan Cipinang, Jakarta (Sumber foto : Istimewa )

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Pengamat tata kota Nirwana Yoga mengungkapkan ada tiga penyebab banjir di Jakarta yaitu hujan lokal, rob, dan banjir kiriman terjadi bersamaan. Pola itu pula yang menyebabkan banjir besar yang melumpuhkan Jakarta pada 1996, 2002, 2007, 2012 dan 2014.

Oleh karena itu, menurut dia, tipe yang berbeda -beda jelas membutuhkan penanganan banjir yang berbeda pula. Sayang, menurut Yoga, ini yang gagal dipahami Pemprov dan Gubernur DKI

Akibatnya setiap terjadi hujan deras yang melanda Jakarta mengakibatkan banjir di sejumlah titik di Ibu kota. Yoga menilai, hujan lokal, tidak merata dan banjir lokal karena daerah resapan berkurang, dan saluran air yang tidak berfungsi baik.

Bukan hanya itu, kenaikan air laut di Pantura akibat pasang, menyebabkan rob dan genangan di Pantura. ''Banjir kiriman akibat meluapnya air sungai karena daerah selatan/puncak hujan deras seperti yang terjadi dalam beberapa hari ini di Bukit Duri,'' kata Yoga, saat dihubungi, Jumat (24/2/2017).

Pengamat asal Universitas Trisaksi itu menuturkan, Pemprov harus merehabilitasi seluruh saluran air (mikro/tersier, mes/sekunder, makro/primer) agar terhubung dengan baik, bebas sampah dan lumpur, tertata jaringan utilitasnya, dan perbesar diameter saluran air.

''Naturalisasi seluruh sungai dan anak sungai, bukan betonisasi. Menata dengan konstruksi ramah lingkungan, dan sudah banyak diterapkan di kota -kota dunia,'' tuturnya.

Yoga juga menyarankan revitalisasi seluruh 44 waduk,14 situ, dan rencana pnambahan 20 waduk baru dipercepat. Revitalisasi Taman Waduk Pluit dan Taman Waduk Ria-rio juga penting dituntaskan.

Perbanyak dan percepat penambahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) baru berupa taman kota, hutan kota, jalur hijau sebagai daerah resapan air. Ia mengatakan, RTH di Jakarta masih terpaku di 9,98 persen. Perbanyak sumur resapan, kolam penampung air di RTH Privat seperti di halaman rumah, sekolah, kantor, pusat perbelanjaan juga diperlukan.(red/rep)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
IDUL FITRI 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
IDUL FITRI 2025 WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2025 HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2025 HERMAN KHAERON
advertisement
Jakarta Lainnya
Jakarta

Tujuh Indikator Pelemahan Ekonomi dan Tantangan Pertumbuhan.

Oleh Tim Teropong Senayan
pada hari Sabtu, 05 Apr 2025
Situasi perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan berbagai tanda pelemahan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Setidaknya terdapat tujuh indikator utama yang menggambarkan kondisi ini: 1. ...
Jakarta

Rupiah Terus Melemah: Apa yang Bisa Dilakukan?

Jakarta, 25 Maret 2025-Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali mengalami tekanan signifikan. Hari ini, rupiah telah mencapai Rp16.549 per dolar AS, bahkan sempat menyentuh Rp16.639 di pasar ...