JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- 'Nyanyian' Akbar Faisal tentang Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan berbuntut panjang. Imbas nyanyian yang menyebut Luhut punya teknologi yang bisa menyedot data untuk memenangkan Jokowi-JK dalam Pilpres 2014, membuat IT KPU disebut abal-abal.
"Akbar sudah mengakui informasi yang diungkapkannya, termasuk tentang IT yang bisa sedot data KPU milik Luhut. Ini harus dikembangkan," kata Pengamat Politik The Reform Institute Martimus Amin di Jakarta, Rabu (8/4/2015).
Menurutnya, bila itu betul terjadi, berarti tingkat kecanggihan sistem IT yang dimiliki KPU masih sangat lemah, karena bisa diobrak-abrik orang luar.
"Jangan-jangan abal-abal sistem IT-nya," jelasnya.
Kalau dugaan abal-abal itu betul, KPU sebagai penyelenggara negara harus dimintai pertanggungjawaban. Sebab KPU telah diberi dana sebesar Rp 13,8 triliun untuk melaksanakan Pemilu dan Pilpres. Dana sebesar itu, kata dia, di antaranya juga untuk menyediakan teknologi IT yang canggih.
Tidak hanya itu, bila benar KPU menggunakan teknologi IT 'murahan', maka aparat kepolisian harus menangkap orang-orang yang terlibat dalam proses pengadaan teknologi IT tersebut.
"Selanjutnya, hasil penyelidikan kepolisian bisa digunakan untuk menguji keabsahan penuturan Akbar Faisal," jelasnya. (iy)