Opini
Oleh Ariady Achmad pada hari Selasa, 12 Jun 2018 - 13:00:57 WIB
Bagikan Berita ini :

1001 Makna di Balik Kepergian Titiek Soeharto

2ariady.jpg
Ariady Achmad (Sumber foto : ist)

Entah sebagai apa Partai Golkar memaknai mundurnya Siti Hediati Haryadi atau akrab disapa Titiek Soeharto. Bisa jadi, Golkar kaget, tak percaya, sedih, atau justru biasa saja. Boleh jadi pula, Golkar mencoba instrospeksi guna mencari sebab-musabab perginya salah satu kader terbaikya itu. Namun, yang jelas, hingga tulisan ini ditayangkan, belum ada sikap resmi partai atas kepergian Titiek.

Yang muncul ke permukaan, baru sebatas komentar pribadi beberapa elite partai. Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Sarmuji, misalya, seolah tak terlalu terkejut dengan keputusan Titiek.

"Golkar sudah terbiasa dengan peristiwa kepindahan kader," ujarnya.

Nada prihatin datang dari politisi Golkar yang juga Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet). Menurut Bamsoet, sejalan dengan kepergian Titiek, maka Golkar harus bekerja lebh keras lagi guna mendongkrak elektabilitas partai. Terutama, kata dia, kerja keras untuk mempertahankan sumbangan suara dari konstituen Titiek, yang notabene para pecinta Soeharto.

"Kita tidak tutup mata grassroot Partai Golkar sangat dipengaruhi Pak Harto, dan masih banyak (yang) mengenang Pak Harto sebagai tokoh dan panutan Golkar," tutur dia.

Keprihatinan Bamsoet, sungguh masuk akal. Apapun dan bagaimanapun, Titiek adalah aset sangat berharga bagi Golkar. Mundurnya Titiek, mustahil tak berpengaruh signifikan terhadap partai.

Tak hanya itu, partai harus pula secepat-cepatnya menemukan akar masalah di balik sikap politik Titiek. Sebab, bukan tidak mungkin, keputusan politik itu merupakan puncak gunung es yang selama ini tak terpikirkan oleh para elite partai.

Sikap politik Titiek mustahil berangkat dari kekosongan. Ibarat kata, tak ada hujan tanpa mendung, tak ada asap tanpa api, tak ada akibat tanpa sebab.

"Saya sedih. Saya ingin menjerit, menyuarakan hati nurani rakyat! Tapi saya tidak dapat melakukan hal, karena saya sebagai orang Golkar, partai pendukung Pemerintah," ucap Titiek, dalam pernyataan politiknya.

Titiek, secara langsung menyebut alasannya hengkang dari Golkar. Yakni, posisi Golkar sebagai pendukung pemerintah.

Berlabuh di Partai Berkarya adalah bentuk kesungguhan niat Titiek berpolitik di luar lingkaran pendukung pemerintah. Kesungguhan itu mengisyaratkan keseriusannya bermain di panggung oposisi.

Tentu, pilihan itu sudah dipikirkan masak-masak. Tentu pula, Titiek sudah membaca kekuatan politik yang bakal mengokohkan panggung barunya.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #titiek-soeharto  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Blockchain Untuk Koperasi Indonesia

Oleh Radhar Tribaskoro (Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia)
pada hari Selasa, 05 Nov 2024
Sejak kemerdekaan, koperasi di Indonesia berkembang sebagai simbol ekonomi rakyat yang berbasis gotong royong, berperan penting dalam upaya mewujudkan kedaulatan ekonomi. Pada masa awal, koperasi ...
Opini

Mentalitas Kasino

Dalam dunia yang penuh dengan mimpi-mimpi besar, mungkin ada di antara kita yang membayangkan Indonesia sebagai Tanah Air yang tenteram, adil, dan sejahtera. Tapi tunggu dulu. Ternyata, harapan itu ...