Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998, rupiah Indonesia tidak dapat kembali memiliki nilai tukar yang perkasa lagi, bahkan puncaknya pada tahun 2014-2015 nilai rupiah terus anjlok bahkan menembus angka Rp 13.000 per 1 USD. Tentu saja hal ini memberi beban kepada masyarakat, bukan saja harga kebutuhan-kebutuhan yang naik tapi utang negara yang ditanggung oleh rakyat menjadi lebih berat karena nilai tukar terhadap USD yang melemah membuat utang menjadi dua kali lipat, itu belum termasuk bunganya!.
Menurut pengamatan kami bukan itu saja musibah yang harus dihadapi bangsa Indonesia, investasi asing di Indonesia juga merupakan bagian dari musibah tersebut atau bahkan penyebab dari musibah ini.
Untuk berinvestasi di Indonesia tentu saja investor asing membutuhkan dana besar dalam nilai mata uang rupiah, walaupun juga tidak menutup kemungkinan digunakan mata uang lain dalam investasi. Nah, dalam hal ini tentu saja nilai tukar uang sangat berpengaruh dalam kegiatan investasi ke suatu negara termasuk rupiah.
Dalam beberapa hari ini dapat kita liat bahwa Presiden Jokowi secara besar-besaran mengundang sangat banyak sekali investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, investasi tersebut dengan alasan agar memperkuat kembali perekonomian Indonesia beserta nilai mata uangnya. Namun, dibalik itu bisa saja sebenarnya para investor itu bekerjasama dengan para mafia uang untuk menjungkalkan mata uang Indonesia sehingga mereka dapat meraih keuntungan besar.
Pertama, dia diundang secara sukarela ke Indonesia dan ditawarkan berbagi macam SDA ataupun industri dalam negeri untuk dikelola secara pribadi dan memperoleh untung selangit dengan dalih menguatkan perekonomian.
Kedua, ketika dia berinvestasi di Indonesia dengan menggunakan mata uang rupiah, tentu saja akan membuatnya tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk berinvestasi di Indonesia, bayangkan saja jika Rp 12.900 (nilai perkiraan) sama dengan 1 USD, misalnya ada sebuah tambang batu bara yang berkualitas dan diperlukan investasi untuk biaya mengelola sebesar Rp 200 miliar toh akhirnya investor asing hanya butuh biaya sekitar USD 156.000, yang tentu saja bagi investor asing bukan jumlah yang besar jika mengingat keuntungan yang diperoleh dari tambang batu bara.
Pandangan-pandangan diatas adalah pemikiran kami pribadi untuk percaya atau tidaknya kami serahkan kepada para pembaca. Sekian dan Terima Kasih.(*)
TeropongRakyat adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongRakyat menjadi tanggung jawab Penulis.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #rupiah #dollar #rupiah anjlok