Opini
Oleh Salamuddin Daeng (Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia) pada hari Kamis, 23 Agu 2018 - 15:27:32 WIB
Bagikan Berita ini :

Sungguh Berat Bagi Pak Jokowi Bisa Lolos Dari Jurang Krisis Tahun Ini

52SalamuddinDaeng.jpg
Salamuddin Daeng (Sumber foto : ist)

Rupiah telah melorot cukup tajam sepanjang tahun ini. Sejak 2015 rupiah melorot lebih dari 7%. Jika rupiah terus melorot (tampaknya akan terus melorot) maka itu semakin membahayakan. Apa bagian yang paling berbahaya? Surat utang pemerintah tidak ada lagi yang mau beli. Karena untungnya tidak ada, tersedot oleh pelemahan kurs rupiah.

Sementara pemerintah sedang butuh uang besar sekali. Untuk apa? Tidak lain untuk bayar utang jatuh tempo pemerintah dalam 2018-2019 mencapai Rp. 750 triliun - Rp. 800 triliun, bergantung pada perkembangan kurs. Jika rupiah makin melemah (tampak pasti rupiah melemah) maka nilai utang jatuh tempo dalam dolar tentu akan semakin besar nilainya bagi rupiah.

Tidak mungkin pemerintah dapat cari uang sebesar itu kalau tidak utang. Karena sebagian besar pendapatan negara dari pajak, bagi hasil, royalti, cukai dll, hanya cukup buat gaji dan belanja rutin. Sedangkan untuk bayar utang jatuh tempo tampaknya pemerintah tidak punya uang. Padahal tidak hanya utang jatuh tempo yang harus dibayar, bunga juga harus dibayar setiap tahun dalam jumlah sangat besar.

Sementara untuk utang ke asing, surat utang pemerintah tak mungkin laku karena nilai tukar rupiah yang tidak stabil dan asing tidak percaya kemampuan pemerintah. Upaya pemerintah menjual surat utang secara ritel dengan harga Rp 1 juta per kupon baru baru ini, tampaknya akan sulit menuai hasil. Kecuali pemerintah membangun kios kios ritel sampai ke kampung kampung untuk jual surat utang, agar surat utang pemerintah bisa dibeli oleh buruh dan petani. Tapi itu akan sulit karena petani dan nelayan tidak biasa tumpuk harta dalam bentuk kertas.

Ada alternatif lain yakni jual aset aset negara. Namun sayangnya aset negara di BUMN sudah habis dijual, yang tersisa adalah aset aset pemerintah daerah dan pusat berupa tanah dan bangunan milik pemerintah. Paling paling ini yang dapat dijual. Jenis aset ini memang sangat disukai oleh para Taipan. Tapi ini juga sulit karena para Taipan harus pinjam uang bank, sedangkan bank dalam negeri liquiditasnya juga sedang cekak.

Jadi tahun ini akan menjadi tahun paceklik bagi pemerintahan Jokowi karena tidak bisa bayar utang. Bagi bangsa Indonesia, belum bisa dibayangkan apa yang terjadi jika pemerintah tidak bisa bayar utang, apakah pemerintahnya akan berhenti atau negara disita investor? Lebih baik mana ya? Wallahualam...

TeropongKita adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongKita menjadi tanggung jawab Penulis

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #rupiah  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Menguak Polemik Pembangunan Pagar Laut: Benarkah Swadaya Nelayan?

Oleh M Rizal Fadillah
pada hari Senin, 13 Jan 2025
Ketika pihak perusahaan Aguan menyatakan tidak mengetahui siapa yang membangun pagar laut sepanjang 30,16 kilometer di Pantai Utara (Pantura), muncul kelompok bernama Jaringan Rakyat Pantura (JRP) ...
Opini

Hasto Ditahan KPK karena Dendam Politik, PDIP Terima?

Langkah KPK dalam memanggil dan berupaya menahan Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP, pada pemeriksaan hari ini (13/1), memunculkan berbagai spekulasi. Banyak pihak bertanya-tanya, apakah tindakan ini ...