Opini
Oleh ; M Rizal Fadillah pada hari Selasa, 01 Jan 2019 - 14:35:28 WIB
Bagikan Berita ini :

Burung "Nyungsep"

26momen-pelepasan-burung-merpati-di-deklarasi-kampanye-damai-pemilu-2019_20180923_163702.jpg.jpg
Momen pelepasan burung merpati di deklarasi kampanye damai pemilu 2019, Minggu (23/9/2018) pagi, di silang Monumen Nasional (monas). Namun, dalam prosesi menerbangkan burung merpati masing-masing paslon, burung merpati milik Ma'ruf Amin malah nyungsep alias tak bisa terbang jauh. (Sumber foto : Ist)

Dalam acara Deklarasi Kampanye Damai di Monas September 2018 burung merpati yang dipegang KH Ma'ruf Amin "nyungsep", sedangkan yang dipegang oleh ketiga kandidat lain terbang mulus.

Banyak komen saat itu di medsos antara lain jangan jangan ini pertanda. Tentu dibantah oleh Ma'ruf Amin sendiri yang menyatakan burung itu hanya kaget.

Entah terlalu erat dipegang, atau memang burungnya kurang bagus, cuma faktanya itulah, nyungsep.

Proses kampanye berjalan, kyai blusukan terbatas ke pesantren dan beberapa tempat lain yang dalam foto menampakkan berada di tempat umat kristiani.

Bersama pendeta dan tokoh kristiani.Beberapa waktu yang lalu beliau dikabarkan sakit, terkilir kakinya. Jokowi kampanye sendirian saat Kyai Ma'ruf sakit.

Ketika menjelang Natal muncul kontroversi di kalangan umat Islam ketika KH Ma'ruf Amin mengucapkan selamat Natal kepada "saudara kami umat Kristiani".

Menyengaja dan demonstratif di tengah umat Islam yang masih mempermasalahkan boleh tidak mengucapkan selamat Natal. Sebagian ulama mengharamkan.

Kejutan muncul dari Majalah Tempo edisi terakhir Desember 2018 yang memberi judul "Jokowi dan Faktor Ma'ruf" dengan anak judul *Empat Bulan Sebelum Pemilu Keberadaan Ma'ruf Amin Tak Memperbaiki Elektabilitas Jokowi*.

Jika Bukan Malah Menggerus, Ada Apa? Gambar yang ditampilkanpun Jokowi dengan berat menggendong Ma'ruf Aminyang sedang memasang bohlam lampu, tidak sampai lagi.

Tempo menggambarkanrupanya Ma'ruf Amin bukan saja tidak mampu mendongkrak elektabilitas, bahkan menjadi beban bagi Jokowi.

Inikah sinyal burung nyungsep saat Deklarasi Damai itu?

Bukan mengait-ngaitkan, tapi kenyataannya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf stagnan.

Bahkan merosot alias nyungsep.

Sementara Prabowo-Sandi bergerak semakin naik. Tim Sukses Nasional menjadi bingung.

Rupanya ada salah pilih pasangan. Bukan saja tak mampu meraih dukungan umat Islam sebagaimana diharapkan, tapi juga menjadi beban bagi sang capres petahana.

Jokowi ikut tak bisa naik, apalagi "meroket". Nuansa pesimistik terjadi.

Memang pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin KALAH segar dan stamina dibanding Prabowo-Sandi.

Antusias publik merespons kedatangan kedua pasangan sangat berbeda.

Jika dalam pertandingan olah raga maka pasangan Jokowi-Ma'ruf sudah kalah telak.

Meski itu baru babak pertama.

Babak kedua jika dengan pola permainan yang masih sama, maka diprediksi sulit beranjak dari situasi yang terpuruk ini.

Mungkin bukan burung Ma'ruf Amin saja yang nyungsep tapi juga burung Jokowi tak akan bisa terbang lagi.

Tinggalah foto-foto kenangan yang dibuat. Selfi atau pose yang diatur atur oleh fotografer ahli.

Kalau ada mekanismenya,maka akan diusulkan "hands up" saja daripada enerji terbuang sia-sia.

Hanya memang aturan menegaskan tak boleh mundur, atau ganti pasangan. Kecuali berhalangan tetap. Akan tetapi tidak mungkin Tim berfikir untukmerekayasa bagaimana membuat Ma'ruf Amin berhalangan tetap.

Karena jika hal itu terjadi, maka sejarah mencatat bahwa telah terjadi kejahatan politik yang memalukan dan memilukan.

Sudahlah, biar kompetisi tetap berjalan. Rakyat akan memilih pemimpin yang lebih baik dari sebelumnya. Curang bisa saja dilakukan, tapi sanksi sosial, politik, dan hukum cepat atau lambat akan terjadi. Vox populi vox dei.

Jika rakyat disakiti, maka gigitannya jauh lebih sakit lagi. Tak ada penguasa di manapun yang mampu berdiri tegak di kaki yang rakyatnya terinjak karena dikhianati. Kecuali di negara Komunis. Berslogan demokrasi rakyat namun penguasanya menggiring dan menindas rakyat.

Masalahnya negara kita bukan dan tak akan mau menjadi Negara Komunis. Kita telah bersepakat bahwa Indonesia adalah Negara Pancasila.

Negara yang berbasis Ketuhanan Yang Maha Esa. Tak ada tempat bagi kaum yang tidak beragamaatau yang seenaknya melecehkan Agama. Mereka pasti akan dibuat "nyungsep".

Bandung, 31 Desember 2018 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #pilpres-2019  #jokowimaruf-amin  #prabowosandiaga  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Populisme Jokowi dan Runtuhnya Demokrasi

Oleh Lukas Luwarso (Antusiasawan Sains)
pada hari Senin, 25 Nov 2024
Demokrasi runtuh bukan karena munculnya orang kuat dan kharismatik, melainkan karena keroposnya struktur etika-masyarakat, spesifik aparat pemerintahan, yang menopangnya.  Miskonsepsi ...
Opini

Alasan Anies

Siapa yang menyangka, panggung politik Indonesia kembali menyuguhkan lakon komedi penuh intrik di Pilkada Jakarta 2024? Dari Megawati yang dulu melontarkan ucapan pedas ke Anies Baswedan, ...