JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Juru Bicara Jaringan '98 Lampung Ricky Tamba kecewa terhadap perjalanan reformasi yang sudah berlangsung 17 tahun. Menurutnya, Reformasi yang terjadi 1998 hampir tidak dirasakan saat ini.
"Reformasi telah mati, yang diwariskan tinggal kebebasan semu, yang ternyata tidak mampu mengangkat hajat hidup rakyat banyak," kata Ricky dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (18/5/2015).
Ricky memang mengakui bahwa reformasi telah melahirkan kebebasan. Namun sayangnya dalam rentang waktu 17 tahun, gagal menuntaskan agenda perjuangan terpenting menyangkut kesejahteraan rakyat seperti kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan.
Bukan hanya itu, musuh utama perjuangan Gerakan Reformasi 1998 yakni korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), justru semakin merajalela.
"Harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi karena diserahkan ke mekanisme pasar, pendidikan dan kesehatan kunci peningkatan kemakmuran rakyat jadi komoditas mahal, produksi usaha rakyat seperti pertanian sangat dikendalikan mafia dan tengkulak. Pengangguran dan kriminalitas meningkat hingga pedesaan," jelasnya.
"Lebih dari 300 kepala daerah dan 3000-an anggota legislatif tersangkut kasus korupsi, dan kini ditiru banyak kepala desa korup."
Menurutnya, ada dua hal pokok yang menyebabkan reformasi mati, yakni agresi neoliberalisme dan 'ngawurisme' yang menjangkiti mayoritas elite dan aktivis 1998 yang rela menjadi agen penjual bangsa.
"Bagaimana Indonesia maju kalau sumber daya potensial telah diserahkan ke asing melalui liberalisasi ekonomi-politik lewat amandemen UUD 1945 dan penerapan banyak Undang-undang yang melegalisasi agresi kapitalisme internasional hingga pelosok daerah? Bagaimana reformasi mau berhasil kalau mayoritas elite dan aktivis 1998 terjangkit 'ngawurisme', rela menjadi agen penjual bangsa, cuek masa' bodoh terhadap nasib mayoritas rakyat miskin, hanya mikirin perutnya sendiri?" jelasnya.
Atas kondisi tersebut, ia minta pemerintahan Jokowi-JK bisa lebih tegas berpihak kepada kepentingan rakyat sesuai NawaCita dan berani melawan berbagai kepentingan yang akan menghancurkan Indonesia. (iy)