JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pernah menyarankan keperluan memakai masker di musim corona hanya diperuntukkan bagi mereka yang sakit. Mantan dokter tentara ini mengimbau masyarakat yang berada dalam kondisi sehat tak usah memakai masker. Sebab, kata dia, usah itu hanya sia-sia karena virus corona bisa lengket di tubuh melalui sentuhan tangan.
"Keputusannya dari WHO yang sakit yang pakai masker. Yang sehat enggak usah. Kenapa? Karena apa? Kalau yang sehat pakai juga percuma, dia nanti megang-megang tangannya dan sebagainya. Tetap saja bisa kena," ujar Terawan di Kompleks Istana Kepresidenan, awal Maret lalu.
Saran yang sederhana dari Terawan itu lantas mendapat beragam respons, jika memang pagebluk corona bisa menular melalui rabaan tubuh --dan tidak melayang-layang di udara seperti yang dibayangan masyarakat-- lantas apa bedanya dengan mereka yang sakit dan menggunakan masker? Toh mereka juga bakal tertular jika melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi corona atau Covid-19.
Pada akhirnya argumen Terawan dapat disimpulkan, baik mereka yang sehat maupun sakit, sama-sama menjadi sasaran empuk corona kendati memakai masker setebal apapun. Tidak, kata Terawan, corona bisa dilawan jika imunitas tubuh seseorang dalam keadaan normal. Dia menjelaskan penyebaran virus corona tergantung dengan sistem imunitas tubuh. Bahkan, virus corona bisa sembuh dengan sendirinya jika imunitas tubuh baik.
Lalu apa gunanya masker? Jika kemudian imunitas tubuh lah yang menjadi tolok ukur penghadang virus. Ruwetnya argumen Terawan menimbulkan kebingungan bagi masyarakat. Seperti halnya orang yang sedang sakit tadi, dia tidak lagi memerlukan masker bila ternyata diketahui corona mampu merambat melalui sentuhan tubuh, yang ia perlukan adalah memperbaiki kondisi tubuh hingga imunitas kembali membaik.
Bahkan salah satu dokter dari Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan SpP, justrumenganjurkan pada dasarnya jika seseorang sedang sakit, maka akan lebih baik beristirahat di rumah saja sehingga tidak beresiko menularkan penyakit ke orang lain.
Lalu bagi mereka yang sehat, kata Erlina, tidak perlu memakai masker, "kecuali berada di keramaian yang mana kita tidak tahu di antara kerumunan itu ada yang sakit atau tidak," jelasnya.
Kebingungan penggunaan masker ala Terawan tidak berhenti sampai di situ. Saatmenerima bantuan alat kesehatan untuk penanganan virus corona dari China di Lanud Halim Perdanakusumah, Senin (23/3) lalu, Terawan yang diketahui sedang baik-baik saja dan tidak dinyatakan positif corona,tampak memakai masker. Hal ini cukup menarik perhatian karena sebelumnya Terawan menyebut, mereka yang sehat tidak perlu memakai masker.
Peristiwa itu sontak mendapat respons dari anggota komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Saleh Partaonan Daulay. Saleh menilai, aksi Terawan tersebut membuktikan imbauannya yang terdahulu sudah tak berlaku lagi.
"Padahal, dr. Terawan kan sehat. Artinya, imbauan yang mengatakan bahwa masker hanya dipakai oleh mereka yang sakit sudah tidak berlaku lagi," ujar Saleh kepada TeropongSenayan, Selasa (24/3/2020). Gelagat Terawan ini, kata Saleh, sepintas menandakan inkonsistensi dalam memberikan arahan kepada masyarakat. "Tetapi ini mungkin bukan karena tidak konsisten. Ini hanya karena makin meluas dan merebaknya persebaran virus ini," ujar dia.
Politisi Partai Amanat Nasional itu menilai, dalam situasi pandemi corona, semua orang lebih baik memakai masker. Sebab, tidak ada yang mengetahui siapa yang tubuhnya imun dan tidak imun. Argumen ini sejalan dengan dr. Erlina tadi, di mana masker perlu dipakai oleh orang yang imunitasnya baik namun berada dalam situasi yang tak menjamin steril dari virus.
"Kalau tidak jelas siapa yang kuat imunitasnya dan siapa yang tidak, solusinya semua harus menjaga diri. Itu artinya perlu memakai masker," kata dia.
Legislator asal Padang Lawas itu mengatakan, pihaknya di Komisi IX akan mendorong pemerintah untuk menyiapkan masker yang cukup bagi seluruh masyarakat. Caranya, lanjut dia, pemerintah bisa meminta pihak swasta untuk menggenjot produksi masker agar kebutuhan bisa terpenuhi.
"Kalau perlu, untuk sementara, masker dapat diimpor dari negara lain yang stock-nya lebih," pungkas Saleh.