JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Ajakan boikot produk asal Prancis makin menggema di seluruh dunia. Termasuk umat Muslim Indonesia juga diminta tidak beli produk asal Prancis. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak pemboikotan terhadap produk Prancis seiring Presiden Emmanuel Macron yang masih bersikeras tidak meminta maaf kepada umat Islam atas pelecehannya terhadap Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam (SAW).
MUI juga meminta Presiden Prancis segera menghentikan segala tindakan penghinaan dan pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW, terlebih Komisi HAM PBB menyebut penghinaan terhadap Rasulullah bukanlah bentuk kebebasan berekspresi. MUI juga mendukung sikap Organisasi Kerja sama Islam (OKI) yang telah memboikot produk-produk dari Prancis.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan kecaman terhadap pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia.
Presiden Jokowi menilai bahwa kebebasan berekspresi yang mencederai kehormatan, kesucian serta kesakralan nilai-nilai dan simbol agama sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan.
Indonesia pun mengecam keras kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice yang telah memakan korban Jiwa.
Impor Kecil
Aksi boikot memang tidak akan langsung memukul Prancis karena banyak produk asal negara itu yang dibuat di Indonesia. Produk yang diimpor Indonesia secara langsung ternyata kecil. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, menyebut seruan dan tindakan boikot atas barang-barang Prancis tidak akan berdampak signifikan pada perdagangan negara itu.
Ini karena nilai impor Prancis ke Indonesia sangat kecil jika dibandingkan dengan negara China, Amerika, Australia, dan India.
Komoditas impor terbesar dari Prancis adalah pesawat dan komponennya. Sementara produk makanan dan barang mewah seperti tas, kebanyakan produksinya sudah dibuat di dalam negeri.
"Untuk produk-produk yang sifatnya lifestyle hanya merek saja, tapi produksinya di Indonesia. Jadi tidak signifikan buat Indonesia dan Prancis karena porsinya enggak besar," jelas Enny Sri Hartati kepada Quin Pasaribu, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
"Kalau Prancis perkiraan saya paling impornya tidak sampai 5%. Berbeda seperti China sampai 33%."
Danone, salah satu produk Prancis yang ada di Indonesia menanggapi kampanye aksi boikot itu. Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan, Danone Indonesia tidak memiliki keterkaitan terhadap pandangan politik suatu negara, termasuk Prancis dan hal-hal di luar bisnis perseroan.
"Oleh karena itu, sebagaimana yang beredar di media, kami menyambut baik pernyataan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan dimana pemerintah telah mengambil langkah untuk tidak ikut serta memboikot produk-produk Prancis karena hal tersebut di luar dari konteks perdagangan," ujar Arif di Jakarta, Selasa.
Arif menuturkan, produk-produk perseroan seperti SGM dan AQUA, adalah produk-produk yang dikembangkan dan diproduksi di Indonesia oleh tenaga kerja Indonesia untuk konsumen Indonesia.
"SGM sudah hadir sejak 1965, AQUA juga hadir sejak 1973 di Indonesia dan telah menjadi kepercayaan banyak konsumen sampai sekarang," katanya.
Ia menambahkan, perusahaan pun akan terus memaksimalkan usaha dalam membantu menyediakan produk bernutrisi untuk mendukung generasi masa depan, serta menawarkan hidrasi sehat untuk memenuhi kebutuhan hidrasi keluarga Indonesia.
"Oleh karena itu kami akan tetap melanjutkan komitmen kami untuk melayani kebutuhan nutrisi dan hidrasi sehat melalui jutaan pedagang yang menjual produk kami di Indonesia dan disiapkan oleh hampir dari 15.000 karyawan kami di seluruh Indonesia," ujar Arif.