Pendahuluan
Pemerintahan Prabowo Subianto sebagai Presiden ke-8 Indonesia belum sepenuhnya lepas dari bayang-bayang Presiden ke-7, Joko Widodo (Jokowi). Dalam sejarah politik Indonesia, transisi kekuasaan sering kali diwarnai oleh pengaruh pemimpin sebelumnya terhadap pemerintahan baru. Fenomena ini dikenal sebagai “matahari kembar”, di mana dua figur politik kuat memiliki daya tarik yang sama terhadap kekuasaan, menimbulkan dinamika tersendiri dalam proses pemerintahan.
Sejauh mana pengaruh Jokowi terhadap pemerintahan Prabowo? Apakah ini sebatas dukungan politik atau ada upaya intervensi dalam pengambilan keputusan strategis? Artikel ini mencoba menguraikan dinamika tersebut secara kritis dan objektif.
---
Pengaruh Jokowi di Pemerintahan Prabowo
Sejumlah indikasi menunjukkan bahwa Jokowi masih memiliki peran dalam pemerintahan Prabowo. Salah satunya adalah kehadiran beberapa tokoh yang dikenal sebagai orang dekat Jokowi dalam struktur pemerintahan saat ini.
Salah satu contoh yang mencuat adalah Budi Arie Setiadi, Menteri Komunikasi dan Informatika, yang juga merupakan Ketua Umum Projo (relawan utama pendukung Jokowi). Dalam beberapa kesempatan, ia disebut masih berkomunikasi dengan Jokowi terkait kebijakan strategis, termasuk penguatan koperasi dan bisnis rumput laut di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Namun, di sisi lain, muncul spekulasi bahwa Budi Arie masuk dalam daftar calon menteri yang akan di-reshuffle oleh Prabowo. Jika benar demikian, apakah ini mencerminkan upaya Prabowo untuk membangun otonomi politiknya sendiri, atau justru menunjukkan negosiasi politik di balik layar antara kedua pemimpin?
---
Isu Reshuffle dan Perlindungan Jokowi terhadap Orang Dekatnya
Spekulasi mengenai reshuffle kabinet semakin menguat, termasuk dalam kaitannya dengan posisi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa Jokowi mengusulkan agar Listyo tetap dipertahankan dalam pemerintahan Prabowo.
Jika benar demikian, hal ini menunjukkan bahwa Jokowi masih memainkan peran dalam penentuan pejabat strategis, terutama dalam sektor keamanan. Bagaimanapun, kepolisian merupakan institusi penting dalam menjaga stabilitas politik dan hukum, sehingga posisi Kapolri menjadi krusial dalam konfigurasi kekuasaan.
Namun, perlu dicatat bahwa reshuffle adalah hak prerogatif presiden, dan Prabowo memiliki wewenang penuh dalam menentukan susunan kabinetnya. Jika Listyo Sigit tetap bertahan, apakah itu karena pertimbangan teknokratis dan profesionalisme, ataukah karena faktor politik dan kompromi dengan Jokowi?
---
Matahari Kembar: Konflik atau Koeksistensi?
Dalam politik, kehadiran dua pusat kekuasaan yang kuat sering kali memicu persaingan. Namun, tidak selalu berakhir dengan konflik. Apakah Jokowi dan Prabowo sedang menuju skenario “matahari kembar” yang saling bersaing, atau justru membangun koeksistensi politik?
Beberapa indikator menunjukkan bahwa hubungan keduanya masih berjalan dengan dinamis:
1. Jokowi tetap memiliki pengaruh melalui jaringan loyalisnya di pemerintahan. Relawan Projo, menteri-menteri loyalisnya, dan pejabat tertentu masih menjadi faktor yang diperhitungkan dalam pemerintahan Prabowo.
2. Prabowo, di sisi lain, mulai menunjukkan upaya membangun kemandiriannya. Jika reshuffle terjadi dan beberapa menteri pilihan Jokowi digantikan, ini bisa menjadi sinyal bahwa Prabowo ingin memperkuat timnya sendiri.
3. Koeksistensi politik bisa menjadi pilihan yang lebih rasional. Jokowi dan Prabowo memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas politik dan memastikan kelangsungan kebijakan yang mereka anggap strategis.
---
Kesimpulan: Transisi Kekuasaan yang Belum Tuntas
Dinamika politik antara Jokowi dan Prabowo belum bisa dikatakan final. Pengaruh Jokowi dalam pemerintahan Prabowo masih terasa, tetapi pada saat yang sama, Prabowo juga mulai membangun fondasi politiknya sendiri.
Apakah fenomena “matahari kembar” ini akan berkembang menjadi persaingan terbuka atau justru menjadi strategi berbagi kekuasaan? Jawabannya masih bergantung pada langkah-langkah politik yang akan diambil dalam beberapa bulan ke depan, terutama terkait komposisi kabinet dan kebijakan strategis pemerintahan Prabowo.
Yang jelas, transisi kekuasaan di Indonesia tidak hanya sekadar pergantian presiden, tetapi juga mencerminkan negosiasi kepentingan politik yang kompleks di balik layar.
(Artikel ini disusun berdasarkan sumber-sumber resmi, laporan media, dan analisis politik untuk memberikan perspektif objektifdanseimbang.)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #